Lima Semboyan Orang Yang Beriman

Ada lima semboyan dari seorang yang beriman yang sering kita dengar dan sering diungkapkan, apa lima semboyan itu?
1. Allah SWT merupakan tujuan kita (Allah SWT is our ultimate goal)
2. Rasulullah saw sebagai panutan hidup kita (Rasulullah SAW is our model)
3. Al Quran sebagai pedoman hidup kita (Al Quran is our rule)
4. Jihad adalah jalan untuk kita (struggle is our way)
5. Meninggal di jalan Allah merupakan keinginan kita supaya khusnul khotimah. (die in Allah street is our highest of life)

Semboyan-semboyan itu hanya akan menjadi “gincu bibir” belaka manakala kita sebagai orang yang beriman tidak memberikan respon terhadap semboyan itu. Dan juga tidak akan dapat mengkristalkan jiwa kita sebagai orang yang beriman manakala kita belum bisa berkaca kepada murid-murid binaan Rasulullah saw yang terdiri dari Khulafaur Rasyidin para sahabat serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka.

Berkat binaan Rasulullah saw menghasilkan generasi yang mempunyai kualitas tinggi. Mereka bagai menara kokoh yang berdiri megah di setiap jaman dan tempat. Karena itu Allah memujinya di dalam Al Quran menjadi khairul ummah (umat yang terbaik). Menara itu berdiri kokoh dalam iman dan keikhlasan, dalam kesabaran dan semangat, dalam ketabahan dan ketahanan, dalam tabligh dan dakwah, dalam jihad dan pengorbanan, dalam akhlak dan pergaulan.

Kelima semboyan itu mengikat mereka agar ucapan dan perbuatan mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari selaras. Karena itu, jika kelima semboyan tersebut sudah melekat dan mengkristal pada pribadi orang yang beriman, maka kita sebagai umat Islam boleh berharap dan optimis memperoleh kemuliaan, dan eksistensi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamain di muka bumi ini dapat teraih. Dan bahkan dalam waktu yang bersamaan, potensi umat Islam ini bisa terorganisir dalam satu kesatuan sistem yang padu dan harmonis.

Ketika kita sebagai pribadi yang beriman berkomitmen terhadap semboyan-semboyan tersebut, akan muncul pertanyaan dalam diri kita bahwa apakah Allah itu sebagai tujuan? Tidak ada yang patut disembah, tidak ada yang dituju, tidak ada yang dicari kecuali ridlo Allah SWT. Shalat kita, ibadah kita, hidup kita termasuk mati kita semuanya karena Allah sebagai pencipta Alam semesta ini. Allah berfirman dalam ayat lain : silahkan kamu berkerabat, silakan kamu bergabung dengan orang-orang yang beribadah, yang mengabdi dan berdoa kepada Allah baik diwaktu pagi maupun petang. Mereka tiada lain beribadahnya, mengabdinya, berbaktinya, berdoanya kecuali mereka mengharapkan keridloan Allah SWT. Janganlah memalingkan dari mereka yang mengabdi itu, kedua matamu. Tidak peduli akan mereka yang mengabdi itu, karena kamu semata-mata ingin memperoleh perhiasan dunia. Jangan kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan untuk mengingat kepada kami dan hidupnya hanya mengikuti hawa nafsunya, karena itu semuanya akan menemui kehancuran. (Q.S. 18:28)

Pertanyaan yang kedua, bagaimana merealisasikan Rasulullah sebagai panutan kita? Beliau sebagai panglima perang, ahli politik, ahli ekonomi, ahli sosial dan budaya. Karena itu dalam kajian Islam, kitab – kitab itu semuanya ada, sehingga bagi orang yang beriman, Rasulullah Saw sebagi panutan kita, bukan Stalin, bukan Obama, bukan Yahudi, dan bukan pula yang lainnya.

Pertanyaan yang ketiga, bagaimana merealisasikan Al Quran? Rasulullah mengatakan di dalam hadits: jika kalian ingin hidup bahagia, mati syahid di jalan Allah, selamat di hari akhir, mendapatkan perlindungan dari panasnya matahari, tetap berada dalam petunjuk Allah, dan jauh dari kesesatan, maka kata luruskan dan tanamkan dengan Al Quran. Kenapa? Karena Al Quran dari Allah, tidak ada yang lebih hebat dan tidak ada yang mengalahkannya. Disamping itu juga Al Quran bisa menjadikan perlindungan dari gangguan-gangguan syetan dan juga bisa menjadikan keuntungan.

Pertanyaan yang keempat, bagaimana merealisasikan jihad sebagai jalan hidup kita? Ketika kita sebagai orang yang beriman sudah berupaya mengerahkan segala kekuatan dan apa yang dimiliki oleh kita untuk berupaya mengaktualisasikan nilai-nilai ilahiyah dan Quraniyah di muka bumi ini. Merealisasikan itu bisa dengan harta bagi yang memiliki harta banyak, bisa dengan tabligh bagi yang mempunyai kemampuan untuk berdakwah, bisa dengan pendidikan, sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.

Dan yang terakhir adalah meninggal di jalan Allah. Realisasinya yang paling mudah adalah setiap kita selesai shalat fardhu, usahakan kita berdoa bagaimana supaya kita berada dalam khusnul khotimah. Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya. (Q.S. 7:34)

Mudah-mudahan kita semua bisa mengimplementasikan, tidak hanya sekedar semboyan itu diungkapkan tapi kita mampu mengaktualisasikannya seperti para sahabat-sahabat rasul dan orang-orang yang mengikuti jejak langkahnya, agar eksistensi Islam dimuka bumi ini sebagai rahmatan lil ‘alamin bisa terwujud seperti tatkala Rasulullah membangun umatnya di Madinah dan Futuh Makkah.

Oleh, Dr. Edi Suresman, M.Ag