Nilai Esensial Hari Pendidikan Nasional

Setiap tanggal 2 Mei, kita memperingati suatu peristiwa penting yaitu hari Pendidikan Nasional. Ini mengingatkan kita untuk senantiasa mensyukuri berupa ilmu yang telah Allah anugerahkan kepada kita melalui guru-guru. Hal ini juga mengingatkan kita kepada Founding Fathers (bapak-bapak pembangunan pendidikan) khususnya pendidikan Indonesia, yang telah berjuang bahu membahu untuk membina pendidikan yang lebih menyeluruh sebagai lawan dari pendidikan yang dulu pernah di buat oleh Belanda dalam politik etisnya. Kita meminta supaya Belanda memberikan pendidikan kepada bangsa jajahannya yaitu bangsa Indonesia, namun mereka menjalankan proses pendidikannya dengan tujuan khusus, di mana pendidikan hanya diperuntukan bagi warga Belanda dan orang-orang bangsawan serta orang-orang kaya, namun rakyat-rakyat miskin tidak bisa menikmati pendidikan waktu itu.

Pendidikan yang ditetapkan oleh penjajah adalah pendidikan yang hanya bertujuan untuk kepentingan mereka sendiri yaitu agar mampu menyediakan tenaga-tenaga kerja yang murah di tanah jajahannya. Semua ini tentu tidak menguntungkan bagi bangsa Indonesia, maka seluruh komponen bangsa yang di dalamnya adalah umat Islam yang terjajah di negeri ini berontak untuk memprotes sistem pendidikan seperti ini. Para pemimpin dan para ulama kita bahu membahu berjuang untuk menyelenggarakan sistem pendidikan yang menguntungkan bangsa kita, kita mengenal jajaran para pahlawan pendidikan yang patut kita syukuri dan berterimakasih kepada mereka. Mereka yang dari kalangan ulama, kita mengenal KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari dan banyak lagi ulama-ulama lainnya yang mencoba membuat sebuah pendidikan atau sistem pendidikan yang mampu membangun, membina semangat nasionalisme dan semangat orang-orang muslim. Dari kalangan nasionalis kita mengenal Ki Hajar Dewantara dan lainnya, sebelum itupun kita mengenal para pejuang pendidikan untuk kaum wanita yang di masa Belanda anak-anak wanita tidak berkesempatan untuk belajar dengan maksimal yaitu R. A. Kartini, Ibu Dewi Sartika. Beliau bahu membahu menyelenggarakan pendidikan untuk kepentingan kaum wanita yang waktu itu tertindas, sehingga muncul satu buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Ini sebenarnya diilhami oleh ayat Al Quran. Ibu R.A. Kartini adalah seorang muslimah yang taat beribadah, mereka tidak ingin kaumnya ditindas dan tidak memperoleh pendidikan yang layak. Dengan diilhami oleh Al Qur’an, maka beliau harus membawa umatnya, warganya, kaumnya dari kegelapan dan kebodohan menuju pencerahan, keilmuan, kelayakan serta kemartabatan. Demikian juga Ki Hajar Dewantara mencoba membuat sebuah pendidikan yang berbasis kepentingan negeri, dengan mencoba merintis sebuah pendidikan taman siswa yang menjadi cikal bakal pendidikan nasional. Para ulama dan kiyai semua bahu membahu membuat pendidikan-pendidikan alternatif, mereka mencoba melakukan sebuah proses pendidikan yang berbeda dengan masa pendidikan jaman Belanda. Pada jaman Belanda pendidikan hanya untuk kaum-kaum elit dan bangsawan, maka para ulama serta para Founding Fathers kita menyelenggarakan pendidikan untuk kepentingan seluruh bangsa atau warga negara. Jika kaum-kaum penjajah mendirikan pendidikan hanya untuk orang-orang kota, maka para ulama mencoba membuat sistem pendidikan yang mampu memberikan pengkhidmatan, pelayanan kepada warga masyarakat di pedesaan sehingga mereka tidak lagi buta huruf.

Kita semua harus bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada para pahlawan pendidikan kita, karena merekalah kita menjadi cerdas, berilmu dan bermartabat. Sekarang sebagai generasi penerus, apa yang harus kita lakukan? Tugas kita tentu tidak lebih ringan, semakin hari tugas-tugas kependidikan kita semakin berat. Oleh sebab itu, kita harus bahu membahu dengan terus melanjutkan perjuangan para pahlawan pendidikan kita, terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan untuk anak-anak bangsa karena mereka akan menghadapi persaingan global kedepan yang memerlukan kesiapan sumber daya manusia yang unggul. Sumber daya manusia yang unggul itulah sebenarnya sebuah kekayaan yang mahal, berbanding dengan sumber daya alam. Jika kita lihat negara-negara maju yang tanahnya gersang atau tanahnya tidak kaya tapi kenapa mereka maju, bisa menguasai dunia? Karena mereka memiliki sumber daya manusia yang unggul. Inilah barangkali PR kita. Negara mereka yang mempunyai sumber daya alamnya sangat miskin tetapi karena sumber daya manusianya yang unggul, mereka menjadi negara-negara hebat.

Tugas kita sebagai anak bangsa, harus memberikan peran besar membangun pendidikan untuk anak-anak bangsa. Kita harus ingat pada seruan Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak – anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. Ayat ini secara jelas menyerukan supaya kita menyiapkan generasi yang kuat, yakni kuat jasmani dan rohani. Karena ayat ini sebenarnya berhubungan dengan pembagian waris, artinya kekuatan ekonomi dan kekuatan jasmaniah harus dibangun, kekuatan rohaniah juga harus ditumbuh kembangkan pada diri mereka.

Pendidikan yang kita inginkan adalah pendidikan yang berbasis keimanan dan ketakwaan. Juga pendidikan yang diungkapkan pada sebuah ayat, dimana Allah menyerukan di samping kekuatan imaniah, juga Allah menyerukan supaya kita menyediakan, menyiapkan anak-anak didik yang memiliki ketangguhan di bidang sains dan teknologi. Allah menyerukan dalam surah An Anfaal ayat 60: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”. Ayat ini mempertegas kepada kita bahwa penyiapan generasi yang berkualitas, yang memiliki kesanggupan sains dan teknologi itu adalah sudah bagian dari jihad kepada Allah SWT. Infestasi yang kita berikan untuk pendidikan anak-anak bangsa kedepan adalah bagian dari jihad di jalan Allah SWT, maka Allah akan berikan balasan yang sempurna kepada kita semua. Sayyidina Ali menyerukan supaya kita menyiapkan pendidikan generasi masa depan harus lebih baik daripada generasi sekarang, beliau mengungkapkan “Didiklah anak-anakmu karena mereka akan hidup di jaman yang berbeda dengan jaman kalian”. Artinya ini antisipasi bahwa kehidupan kita sekarang dengan kehidupan yang akan datang jauh lebih hebat, lebih berat persaingannya, karena nanti dunia akan menyatu dalam masyarakat ekonomi ASEAN. Maka anak-anak kita akan berlomba, akan bersaing dengan seluruh warga ASEAN dan berikutnya lagi kita akan bersaing dengan masyarakat ekonomi Asia dan masyarakat ekonomi global. Kalau ini tidak kita siapkan, maka kita khawatir anak-anak kita hanya akan menjadi penonton-penonton bukan menjadi pemain di negerinya sendiri.

Kita harus bersinergi, harus bahu membahu karena pendidikan bukan hanya tugas pemerintah tapi juga tugas masyarakat dan tugas orang tua. Kita semua harus bahu membahu untuk menyiapkan generasi masa depan, terlebih kita sekarang sedang dihadapkan kepada darurat narkoba. Ini musuh besar bangsa dan seluruh dunia, kita tidak boleh tinggal diam, sebab kalau ini dibiarkan maka kita akan kehilangan generasi masa depan. Kita harus belajar dari Cina, mereka pernah mengalami suatu sejarah pahit dimana mereka dikalahkan oleh Amerika hanya dengan cara melemahkan generasi mudanya dengan dicekoki oleh narkoba, sehingga anak-anak muda Cina menjadi korban-korban narkoba dan akhirnya menjadi lemah. Sekarang Indonesia menjadi tempat yang empuk untuk penjualan narkotika. Ini adalah sebuah ancaman besar bagi generasi yang akan datang, oleh sebab itu simaklah sebuah pernyataan, nasehat atau peringatan dari seorang Dr. Abdullah Nasih ‘Ulwan dalam sebuah kitabnya beliau menyerukan kepada orang tua, bahwa mereka mempunyai tanggung jawab pendidikan minimal ada tujuh, yaitu :

  1. Tarbiyah Imaniyah,
  2. Tarbiyah Akhlaqiyah,
  3. Tarbiyah Jismiyah,
  4. Tarbiyah Aqliyah,
  5. Tarbiyah Nafsiyah,
  6. Tarbiyah Ijtima’iyah,
  7. Tarbiyah Jinsiyah.

Tarbiyah Imaniyah adalah tanggungjawab orang tua untuk mendidik keimanan, ketaqwaan anak-anak kita, agar mereka memiliki daya tahan terhadap segala kemungkinan godaan-godaan duniawi yang ada di lingkungannya. Kedua Tarbiyah Akhlaqiyah, sebuah upaya untuk kita orang-orang tua membina karakter anak-anak yakni karakter baik dan kuat, akhlak yang mulia agar mereka memiliki jati diri agar tidak terombang ambing oleh segenap isme-isme dari manapun. Ketiga Tarbiyah Jismiyah, menyiapkan generasi-generasi yang kuat, sehat, maka mereka kita beri asupan-asupan dan makanan-makanan yang halal serta bergizi, jangan pernah biarkan mereka dimasuki oleh makanan-makanan haram.

Keempat Tarbiyah Aqliyah, yaitu untuk membangun kecerdasan akalnya sebab akal ini adalah harta terbesar umat manusia dan ini juga yang menentukan martabat manusia. Yang kelima Tarbiyah Nafsiyah, yaitu untuk membangun semangat, jiwa, mental agar mereka memiliki ketangguhan menghadapi berbagai persoalan hidup. Keenam Tarbiyah Ijtima’iyah, yaitu mereka kita didik dan latih supaya memiliki kepekaan sosial, supaya mampu memberikan sumbangsih bagi masyarakatnya, menjadi bagian solusi bagi masyarakat bukan malah menjadi masalah. Dan ketujuh adalah Tarbiyah Jinsiyah, yaitu mendidik anak-anak kita agar terlepas dari pergaulan-pergaulan bebas yang mengancam kepada diri mereka. Inilah barang kali beberapa nilai-nilai yang patut kita perhatikan, maka mudah-mudahan momen peringatan hari pendidikan nasional tahun ini menjadi tonggak bagi kita untuk memulai kebangkitan pendidikan nasional untuk anak-anak bangsa kedepan.

Oleh,  Dr. H. Mad Ali, MA.