Orang yang Dicintai Rasulullah

Mari kita tingkatkan ketaqwaan, rasa takut kepada Allah SWT, dan mari kita bawa ketaqwaan ini sepanjang hidup kita sampai ajal menjemput, karena Allah SWT telah memberikan peringatan kepada kita semua: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Al-Imran : 102).

Dalam sebuah kesempatan, salah seorang sahabat terdekat Rasulullah saw Jabir Ibnu Abdillah, menceritakan hadits Rasulullah. Saat itu Rasulullah Muhammad saw berada di tengah-tengah para sahabatnya, kemudian beliau menanyai para sahabatnya, “Wahai para sahabat-sahabat ku, wahai para kaum muslimin, maukah kalian memberitahukan tentang siapa orang yang paling aku cintai di antara kalian, dan nantinya paling dekat dengan ku di akhir kiamat nanti posisinya?” “Tentu, wahai Rasulullah kami ingin tahu siapa orang yang engkau cintai, siapa yang paling engkau sayangi dan siapa orang yang nantinya di hari kiamat posisinya/kedudukannya paling dekat dengan mu,” jawab mereka. Kemudian Rasulullah saw menegaskan dalam kalimat haditsnya: “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan orang yang nanti posisinya di hari kiamat paling dekat dengan ku adalah orang yang paling baik di antara kalian akhlaknya.”

Sebuah pertanyaan kemudian muncul, kenapa Rasulullah Muhammad saw tidak mengatakan para sahabatnya? Tidak menegaskan kepada kita semua bahwasanya orang yang paling dicintainya dan paling dekat nanti posisinya adalah orang di antara kalian yang paling banyak membaca Qur’an, shalat malamnya, dan puasanya. Justru Rasulullah menjadikan orang yang paling baik akhlaknya sebagai sebuah standar kepada orang itu agar dicintai dan dekat dengan Muhammad saw. Ini menjadi sebuah pertanyaan, yang tentulah kita harus tahu jawabannya, ada apa di balik akhlak? padahal Allah SWT dalam Al Qur’an telah jelas menegaskan kepada kita “tidak Ku jadikan jin dan manusia, kecuali misi utama penciptaan mereka adalah supaya mereka beribadah kepada Ku”. Dalam hadits qudsy telah dijelaskan misi utama penciptaan manusia, supaya mereka senantiasa mengingatKu, supaya mereka senantiasa membaca tasbih untukKu. Lalu kenapa Allah SWT justru menjadikan nilai-nilai akhlak, nilai-nilai sosial sebagai standar orang untuk menjadi orang yang paling dicintai oleh Rasulullah saw dan nanti memiliki posisi terdekat dengan beliau?

Ternyata ketika kita kaji, antara akhlakul karimah dengan semua perintah-perintah agama adalah dua perkara yang tidak bisa dipisahkan. Artinya setiap kita menemukan perintah agama, pasti di dalamnya Allah SWT ingin membangun nilai-nilai akhlak pada ibadah tersebut. Ketika Al Quran memerintahkan kita untuk shalat, apakah shalat diperintahkan oleh Allah hanya sebagai sekedar bentuk pengabdian seorang hamba kepada Allah, hanya untuk ruku dan sujud? Tidak. Karena ketika kita mengangkat tangan dalam takbir, ibadah itu bukan sekedar sebagai pengabdian kepada Allah, tapi Allah SWT ingin membangun nilai-nilai akhlak di balik perintah itu. Allah SWT dalam Al Quran menegaskan “dirikan shalat, tunaikan shalat”. Sesungguhnya seorang pesholat sejati, seorang yang benar-benar melakukan penghambaan dengan shalatnya, shalat tersebut bisa menjauhkan diri mereka dari perbuatan keji dan munkar. Dimana menghindarkan perbauatan keji dan munkar adalah bagian dari wilayah-wilayah akhlakul karimah.

Didukung oleh hadits qudsi, hadits yang maknanya dari Allah SWT, kalimatnya dari Rasulullah saw. Dalam hadits ini ditegaskan: tidak semua orang yang shalat itu shalat, tapi shalat yang Aku terima adalah shalat yang bisa membantu pelakunya senantiasa tawadhu, tunduk kepada Allah SWT, shalat yang bisa membentuk jiwa ketika kita keluar dari majelis tidak ada sifat kesombongan dalam diri kita. Shalat yang menjadikan pelakunya tidak menghabiskan malam-malamnya untuk maksiat kepada Allah SWT dan shalat yang seharusnya bisa membentuk karakter pelakunya menjadi seorang muslim. Dengan shalatnya tertanamkan dalam jiwa mereka merohmati orang-orang yang terkena musibah, fakir miskin dan peduli kepada orang-orang yang berjalan di jalan Allah SWT. Artinya nilai-nilai akhlak dibangun oleh Allah dengan perintah shalat.

Ketika Allah SWT memerintahkan untuk berzakat, Al Quran menegaskan dalam firman Allah “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” Artinya ketika Allah memerintahkan perintah zakat itu ternyata Allah selain memerintahkan mengeluarkan harta ada misi akhlak dibangun oleh Allah, bagaimana seorang muslim sejati adalah seorang muslim yang senantiasa peduli kepada sesama.

Ketika Al Quran memerintahkan untuk wajib melakukan puasa di bulan Ramadhan, apa misi yang ingin dibangun oleh Allah? Agar kalian menjadi seorang muslim dengan puasanya, dengan laparnya, dahaganya terbentuk jiwa seorang yang bertaqwa. Jiwa taqwa yang bagaimana di dalam Al Quran ini? Rasulullah saw menegaskan ada nilai-nilai akhlak di dalamnya, karena Rasulullah Muhammad saw menegaskan terkait dengan ayat ini: ketika orang dalam puasanya tidak bisa menghentikan omongan- dan perbuatan kotor, maka Allah tidak butuh dengan lapar dan dahaga orang-orang tersebut. Artinya Allah dengan puasa mengedepankan kepada kita, dengan puasa yang diperintahkan kepada kita Allah ingin membangun nilai-nilai akhlak di dalamnya.

Bahkan ibadah haji, ibadah umroh yang kita lakukan, ditegaskan dalam Al Quran agar ibadah ini menjadi ibadah yang mabrur, ibadah yang diterima oleh Allah yang pahalanya adalah surga. Allah menjadikan nilai akhlakul karimah sebagai syarat mutlak seorang yang pergi haji atau umroh agar diterima oleh Allah SWT. Allah SWT menegaskan dalam Al Quran “Barang siapa yang telah diwajibkan untuk mereka berhaji, maka tidak boleh bagi mereka melakukan perbuatan rofas, perkataan kotor, tidak boleh melakukan perbuatan-perbuatan fasik, bahkan bicara yang tidak diperlukan ditengah-tengah ibadah haji dan umroh”. Artinya dari semua perintah-perintah ini bisa kita ambil kesimpulan, sangat wajar ketika Rasulullah mengatakan dalam haditsnya, bahwa orang yang paling dicintai dan paling dekat posisinya nanti di hari kiamat adalah seorang muslim, selain baik hubungannya dengan Allah, selain baik ibadahnya dengan Allah adalah seorang yang dalam hubungan sosialnya, hubungan kemasyarakatannya, di dalam persaudaraannya, di dalam kewarganegaraannya adalah seorang muslim yang senantiasa mencerminkan akhlakul karimah.

Mari kita perbaiki akhlak kita, kita perbaiki ibadah kita, agar kita nantinya kelak benar-benar menjadi seorang muslim yang berhak mendapatkan cinta dari Rasulullah dan mendapatkan posisi tertinggi di samping Rasulullah Muhammad saw.

Oleh, Rofiqul A’la, Lc., MA.