Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada hari kamis 14 Januari 2016, telah terjadi guncangan yang sangat menghebohkan di jalan Thamrin jantung kota Indonesia Jakarta sebagai ibu kota negara kita. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa tindakan ini sebagai kebenaran atas perjuangan. Namun lebih banyak orang yang menilai bahwa perilaku seperti itu tidak sesuai dengan nilai-nilai yang sangat mendasar dari konsep ajaran Islam. Ketika adanya suatu peristiwa semacam ini Islamlah sebagai agama yang paling disalahartikan di dunia ini, dan melekatlah stigma Islam sebagai cap teroris maka tentu kita tidak boleh membiarkannya. Sungguh ini merupakan suatu hal yang sangat menyedihkan, bagaimana Islam sebenarnya menjawab atas berbagai kehidupan yang sesungguhnya ideal dalam ajaran Islam itu sendiri, pantaslah kalau ada yang menyatakan bahwa jihad yang benar bukanlah di Jalan Thamrin melainkan di Jalan Allah.
Mengukuhkan pemahaman mendasar tentang Islam sebenarnya tidak mungkin dipahami kecuali oleh orang yang memahami falsafah ajaran Islam secara utuh untuk menyikapi berkaitan dengan kejadian itu. Salah satu bidang yang paling sering menimbulkan salah pengertian tentu adalah tentang jihad. Ayat-ayat dalam Alquran tentang jihad tidak serta merta di dalamnya tentang pembunuhan dan istilah genotif lainnya.
Boleh jadi istilah jihad pada saat ini sering kali banyak dimaknai secara keliru bahkan terjadi distorsi makna, sudah banyak dipelintir dan diputarbalikan sehingga menimbulkan konotasi negative padahal dalam Islam kata jihad sesungguhnya dapat memberikan arti yang banyak, sebagai mana kita ketahui kata Islam itu sendiri sesungguhnya selalu menggambarkan kedamaian keselamatan dan kebahagiaan. Nama Islam merupakan hal yang amat unik, sebagaimana sejarah telah menandaskan bahwa secara harfiah Islam adalah kedamaian, penyerahan diri, tunduk dan patuh sepenuhnya kepada kehendak perintah Allah swt dan cocok dengan fitrah kemanusiaan. Orang yang beriman kepada Islam disebut muslim ini mengandung maksud bahwa seorang muslim adalah seseorang yang sepenuhnya damai dengan dirinya sendiri dan yang mengembangkan kedamaian dalam masyarakat.
Nabi Muhammad saw. Menyatakan :
“Orang yang sempurna Islamnya ialah orang yang menyelamatkan orang yang lain dari gangguan lidah dan tangannya, dan orang yang berhijrah sebenarnya ialah orang yang meninggalkan apa yang dilarang Allah.” (H.R. Bukhari)
Dalam interaksi sehari-hari sebagaimana yang sering diucapkan umat muslim setiap berjumpa dengan yang lainnya mengucapkan assalamu’alaikum yang artinya salam selamat atas diri anda bahkan ketika menelusuri asal kata salam adalah bermula sebagaimana di Mekkah disebut baladan ‘amina Artinya kota yang damai, al amin sendiri yang artinya adalah orang yang paling bisa dipercaya dan paling damai di bumi, itulah panggilan yang sangat mashur untuk sebutan pada baginda Rasulullah Muhammad saw.
Jikalau kita memahami sesungguhnya tentang firman Allah, maka jelas sekali Allah menyatakan kepada kita:
“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]
Dan ketika kita memahami Islam dengan sungguh-sungguh, maka sebenarnya kita harus lebih memperkokoh siapa diri kita dan bagaimana kita mengenal Tuhan itu sendiri. Sehingga dinyatakan dalam suatu ungkapan : “Barang siapa yang mengenal dirinya, pasti dia mengenal Tuhannya”. Karena itu, bila kita mengenal apa yang menjadikan diri kita pasti ada hubungannya dengan mengenal Allah. Dan jelas ini merupakan sebuah keharusan kalau kita menyatakan sebagai orang yang menjadikan dirinya adalah makhluk Allah SWT.
Sekalipun berbagai pengetahuan, sifat, dan nama-nama Allah di dalam Asmaul Husna ada terkesan Allah itu mempunyai sifat-sifat yang berlawanan. Misal asma Allah Aljabar/ Maha Perkasa, tetapi di suatu pihak adalah Al Latif/ maha lembut, dan banyak lagi yang lainnya dan akhirnya berkesimpulan bahwa begitu banyak kemurahan Allah dibanding dengan apa yang telah menjadikanNya maha perkasa, dan apa yang menjadikan kegagahanNya justru lebih banyak kemurahanNya untuk kehidupan umat manusia di muka bumi ini
Karena itulah di seluruh sejarah agama di dunia bahwa ada agama secara harfiah bermakna kedamaian, yakni Islam. Kata Islam ini memiliki 2 konotasi, yaitu : 1) Tunduk dan penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak dan perintah Allah, 2) Damai. Karena itu pula Islam adalah agama yang ditegakkan oleh Allah SWT sendiri, dan Allah mempunyai berbagai sifat dan salah satunya adalah As Salam yang berarti pembawa kedamaian.
Kitab suci Al Qur’an diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan jelas disana dikatakan bahwa Rasul sebagai Al Amin yang artinya orang yang paling bisa dipercaya dan paling damai di muka bumi ini. Oleh karena itu tidak heran jika ada pendapat yang menyatakan kalaulah dunia dipimpin oleh seseorang dengan karakter Rasulullah saw, maka damailah di muka bumi ini.
Pada sisi lain Islam juga menegaskan kepada kita tidak ada paksaan dalam agama. Bahwa apa yang menjadikan hidayah adalah kepunyaan dan hak prerogatif Allah SWT. Sesungguhnya jalan yang benar itu adalah nyata benarnya. Ketika kita memahami logika dan nalar, maka jelaslah apa yang menjadikan pemahaman Islam itu sendiri tidak identik dengan kekerasan apalagi membunuh orang yang tidak bersalah., katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.(Q.S. AlKahfi : 29)
Berkenaan dengan interaksi sosial dalam kehidupan keseharian kita, maka nyata sebagai sebagai ungkapan yang paling mendasar, Islam adalah agama yang menunjukan kedamaian, yang menunjukan harmoni dalam kehiduapan dan sekaligus menunjukan kebahagiaan yang setinggi-tingginya untuk umat manusia, bahkan memberikan keamanan kepada siapapun yang berada di tengah-tengah kita sebagaimana masyarakat muslim berada di sekitarnya maupun masyarakat lain yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Yang paling mendasar dalam pemahaman Islam adalah: “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (QS 6:132).
Mudah-mudahan sedikit informasi ini dapat menjadikan kita punya pemahaman tentang jihad ini secara jelas dan benar termasuk saudara-saudara kita dan anak-anak kita, sehingga menjadikan pemahaman Islam tidak seperti yang dipahamkan oleh mereka yang berpikiran sempit, namun dan sekaligus kita menjadikan bahwa pemahaman kita tentang jihad itu sendiri sebagaimana Islam itu hendaknya Rahmatan Lil ‘Alamin.
Wallahu ‘alam bish showab
Oleh, Dr. H. Mufid Hidayat, M.A