Keutamaan Shaum Ramadhan

Kita sudah memasuki bulan Ramadhan, dimana Allah begitu mengagungkan dan membanggakan bulan ini. Begitu agungnya hingga Allah SWT ingin disaksikan oleh para malaikat seperti yang ditulis dalam hadits qudtsi berikut : “Hai malaikat, lihat hamba-hambaKu yang diuji dengan makanan dan minuman, dia sabar dan dia meninggalkan makanan dan minuman itu. Saksikan bahwa tidak ada makanan yang ia tinggalkan kecuali di hari kiamat nanti, Aku akan ganti dengan derajat-derajat di surga”. Jadi seberapa besar ujian kita peroleh di bulan Ramadhan, sekian banyak pula janji Allah akan meningkatkan derajat-derajat kita di surga kelak. Karena itu, yang dipanggil oleh Allah di bulan Ramadhan hanyalah orang-orang yang beriman “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu shaum”. Yang tidak beriman tidak bisa shaum, puasa boleh tapi shaum tidak bisa, karena shaum itu ketentuan dan janjinya sudah jelas serta aturan dan sumbernya sudah jelas.

Bisakah kita puasa tanpa beriman kepada Allah? Jawabannya bisa. Bisakah kita shaum tanpa beriman kepada Allah? Allah hanya memanggil orang-orang yang beriman, sedangkan yang puasa tanpa beriman pun bisa seperti agama lain. Oleh karena itu, agar berbuah surga nanti maka pondasi keimanan inilah yang harus diperhatikan oleh kita yang memasuki bulan Ramadhan ini.

Akar iman itu adalah kalimah toyyibah “la illaha illallah” yang merupakan pengesaan kepada Allah. Bila akarnya tidak kuat, maka kita akan menganggap ada sesuatu di luar kekuatan Allah. Hal itulah yang merusak nilai keimanan atau akar keimanan. Ketika kita menganggap tidak ada tuhan kecuali Allah, maka yang menyembuhkan itu Allah. Tetapi ketika akar kita lemah, maka saat berdoa kepada Allah kemudian disembuhkan yang diagungkan adalah obat dan dokter. Ketika kita selamat dari kecelakaan, maka yang diagungkan adalah orang yang bisa menolong kita sedangkan Allah dilupakan. Karena itu, pengesaan terhadap Allah harus menjadi prioritas untuk memperkokoh keimanan ini. Batang dari iman itu harus kokoh agar berbuah nantinya. Yang disebut sebagai batang iman itu adalah keyakinan kita bahwa Allah mengawasi, memahami, dan mengetahui dimanapun kita berada. Ketika kita berdoa Allah tahu dan memperhatikan, karena itu orang yang tahu pada saat berdoa diperhatikan oleh Allah maka dia khusyu ketika berdoa. Kata nabi salah satu sebab tidak dikabulkannya doa adalah ketika berdoa hatinya lalai kepada Allah. Jadi, sikap dan perasaan diawasi oleh Allah ini adalah batang dari iman yang harus diperkuat.

Selama bulan Ramadhan mari kita latih batang dan akar ini setiap hari, minggu dan bulan sampai batang itu kuat. Dan rantingnya itu adalah sikap saling mencintai karena Allah. Kata nabi, iman seseorang belum sempurna kecuali dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Ketika kita hanya mencintai diri sendiri dan tidak peduli dengan orang lain itu belum sempurna, dan itulah yang disebut sebagai ranting dari iman. Dalam cinta ada sabar, syukur, dan landasannya adalah keikhlasan untuk memperoleh ridlo Allah SWT. Karena itu, kata Rasul dihari kiamat nanti ada sekelompok orang yang bukan para Nabi atau Rasul yang disejajarkan dengan para nabi dan syuhada. Sahabat bertanya, Siapa dia ya Rasul? Dia adalah orang yang saling mencintai karena Allah, bukan karena harta benda dan bukan karena kekerabatan. Sungguh perhatian Allah diberikan pada orang yang saling mencintai karena Allah. Barang kali dari pintu gerbang kampus yang megah ini akan terbuka jalan ke surga ketika di dalamnya tumbuh sikap saling mencintai karena Allah, tidak karena kekerabatan maupun harta benda. Ketika akar, batang dan rantingnya kuat, Allah janjikan surga, Allah ampuni dosa-dosa yang lalu. Barangkali kita menyadari kita hidup setiap hari penuh dengan dosa, tetapi ketika Ramadhan tiba dan orang beriman shaum maka dihapuskan dosanya oleh Allah, Allah janjikan surga, Alah janjikan satu malam di mana di malam itu apabila kita beribadah, Allah berikan pahala sama dengan ibadah seribu bulan.

Adakalanya kita ibadah bukan karena Allah tapi karena terpaksa. Ada kalanya kita melakukan amal shaleh karena kasihan, takut, ingin dipuji, dan rasa kemanusiaan, belum sampai pada ikhlas karena Allah. Tapi ibadah yang satu malam ini dijamin oleh Allah diterima. Namun bila tidak atas dasar iman karena Allah, barang kali nabi menyebutkan: banyak orang yang mengaku dirinya shaum, tapi dia tidak shaum kecuali dia hanya menahan lapar dan dahaga saja. Banyak yang mengaku dirinya shaum padahal oleh nabi dan Allah tidak dikategorikan sebagai orang yang shaum. Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan kotor dan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji, Allah tidak butuh shaumnya orang-orang seprti itu sekalipun dia meninggalkan makan dan minum. Perkataan kotor itu barangkali perkataan yang berbuah dosa yang menyakiti orang lain, ada kedzoliman, ada hasut, dan ada perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT.

Shaum dimaknai menahan diri, menahan dari nafsu, amarah dan yang lainnya. Orang yang dapat menahan diri atau sabar pahalanya adalah jannatu ‘adn, karena pertolongan yang diberikan oleh Allah di antaranya adalah pertolongan pada orang-orang yang sabar. Karena itu kata nabi: tidak ada perlindungan yang teramat kuat bagi hambaKu, kecuali perlindungan bagi hambaKu pada saat hambaKu menyedikitkan makan. Jadi pertolongan yang diberikan oleh Allah yang paling kuat adalah pertolongan yang diberikan pada orang-orang yang sedang menyedikitkan makan atau sedang shaum. Oleh karena itu, kata nabi “takarlah makananmu, nanti engkau akan diberkahi oleh Allah”. Ketika itu dilaksanakan oleh kita, 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 udara, insya Allah sehat.

Ada hasil riset beberapa ahli yang menakjubkan, salah satunya Dr. Yuri Nikolayev seorang direktur di salah satu Rumah Sakit Jiwa, dia menanyakan kepada sesamanya, temuan apa yang paling besar di abad ini? Banyak yang menyebutkan berbagai temuan. Temuan yang besar abad ini kata Dr. Yuri bukan temuan tentang bom nuklir, jam radio aktif atau yang lainnya, temuan terbesar abad ini adalah temuan tentang manusia dapat bertahan dalam mengawetkan diri (awet muda), muda mentalnya dan muda fisiknya. Karena apa? Dalam diri orang yang shaum ada sesuatu yang luar biasa, zat kekebalan tubuh meningkat, karena fungsi dari sel limpa katanya banyak memproduksi sel-sel limfosite dan itu bertugas untuk melindungi kekuatan diri dan melawan penyakit-penyakit, dan juga secara luar biasa itu karena organ-organ tubuh ini beristirahat, sementara di dalamnya ada simpanan energi yang bisa bertahan dalam 25 jam yang dimiliki oleh setiap orang. Jadi kalau di Inggris sekarang disebutkan terlalu panjang yaitu 18 jam lama shaumnya dan ada seorang yang berkeinginan beristihaj untuk meyamakan shaum di Inggris sama dengan shaum di negara-negara tropis seperti Indonesia yaitu 12 jam, sebetulnya Allah sudah menyediakan cadangan energi untuk bisa bertahan 25 jam. Kemudian ada juga di salah satu Rumah Sakit melakukan riset pada 47 orang yang terkena penyakit glukosa tapi bukan orang yang punya ketergantungan pada insulin, ternyata luar biasa ditemukan insulin yang biasanya kritis jam 4 ternyata ini kritis jam 9 malam bagi orang-orang yang shaum. Jadi sebetulnya Allah sudah memproteksi berbagai keamanan untuk orang-orang yang shaum, Allah menjamin asalkan ikhlas.

Saatnya kita meningkatkan amal di bulan ramadhan ini, dimana amalan di bulan Ramadhan Allah lipat gandakan. Amalan itu sampai padaKu (untukKu), dan Aku yang akan memberikan pahalanya. Amalan itu bukan untuk orang lain, nabi meningkatkan amalan di bulan Ramadhan baik shodaqoh, baca Al Quran, itikaf dan lain sebagainya. Ketika kita melakukan amalan di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan, apabila kita melakukan amal saleh untuk kita sendiri. Jadi saat kita membantu orang, itu bukan untuk orang lain atau untuk orang yang dibantu tapi untuk diri kita sendiri. Apabila kita sudah melakukan amal soleh seperti itu, jangan mengharapkan ucapan terimakasih dari mereka. Semangat inilah yang harus kita tumbuhkan di bulan Ramadhan ini. Bulan Ramadhan adalah bulan renungan, di mana kita bisa memperbaiki kualitas ibadah dan bulan Ramadhan ini jadikan sebagai bulan di mana kita berbekal diri ketika menghadap Allah SWT. Orang yang paling rugi adalah orang yang tidak mendapatkan rahmat Allah ketika melewati Ramadhan, siapa dia? Orang yang hatinya belum bersih, imannya belum kuat, orang yang menganggap shaum Ramadahan adalah amalan biasa, padahal luar biasa. Semua di antara kita akan merasakan betapa pentingnya shaum ini pada saat kita menghadap Allah SWT.

Oleh, Prof. Dr. H. Dedi Mulyasana, M.Pd.