Kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Memasuki tahun 2015, kita menyadari bahwa umur kita telah bertambah satu tahun sekaligus berkurang satu tahun dalam kesempatan beramal. Demikian juga pertanggungjawaban kita yang semakin besar. Pada akhir tahun atau awal tahun biasanya kita pergunakan neraca tahunan terhadap amal perbuatan kita selama setahun silam untuk mengetahui untung ruginya. Jika di dalamnya terdapat laba, maka kita bersyukur dan berusaha agar laba tersebut pada tahun 2015 bisa bertambah lebih besar lagi. Tetapi jika terdapat rugi, maka mari berusaha sekuat tenaga untuk menekan kerugian pada tahun yang akan kita jalani ini, hingga pada neraca tahun depan kita bisa mendapatkan untung. Neraca hidup ini adalah suatu hal yang sangat penting, seperti pada 14 abad yang lalu khalifah Umar bin Khatab mengingatkan kepada kita “Silakan kalian bikin perhitungan, sebelum kamu sekalian diperhitungkan”.

Dalam Al Quran Allah telah menjanjikan bantuan kepada orang-orang yang selalu menaati-Nya. Juga Allah akan memberikan kemenangan kepada orang-orang yang beriman dan selalu berjihad dijalan-Nya. Selanjutnya Allahpun akan memberikan hidup bahagia serta menempatkan kedudukan yang mulia kepada orang-orang yang beramal shaleh dan benar-benar beriman. Banyak sekali ayat-ayat Quran yang berkaitan dengan hal ini, salah satu di antaranya, Allah SWT. berfirman dalam surat An Nahl ayat 97, yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

Apa sebabnya sampai hari ini janji Allah itu masih merupakan janji saja dan belum menjadi kenyataan? Apakah Allah yang tidak menepati janjinya ataukah kita yang tidak masuk kedalam golongan yang telah dijanjikan Allah itu? Kita yakin bahwa Allah itu tidak akan mengingkari janjinya, sebab Allah pun menyatakan “Allah tidak akan mengingkari janjinya”. Oleh sebab itu, maka tahun baru sekarang mari kita adakan koreksi terhadap diri dan masyarakat kita, mengapa Allah belum juga memberikan janjinya kepada kita, mengapa kita sampai saat ini belum juga bisa hidup aman, makmur dan bahagia. Mengapa dan kenapa? Mari kita tanya diri kita masing-masing, sudahkah kita buktikan ketaatan kita kepada Allah dalam segala gerik tingkah laku kita? Sudahkah kita giat dan melaksanakan tugas dan yang diwajibkan Allah kepada kita? Sudahkah kita melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar terhadap diri kita dan lingkungan masyarakat kita? Mari kita berikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini. Jawaban yang keluar dari hati nurani kita masing-masing, amar ma’ruf nahi munkar baru kita laksanakan di mulut saja, belum bisa dilaksanakan sebagaimana dikehendaki Allah SWT : di tempat bekerja, di kantor, di pasar, di toko, di jalan raya dan berbagai aktifitas kehidupan kita.

Setiap muslim tidak boleh putus asa menghadapi kejadian-kejadian yang memang penuh tantangan. Disinilah kita sebagai orang yang beriman mempunyai motto hidup bahwa hidup ini adalah perjuangan. Selama hayat masih dikandung badan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar akan tetap dan harus ada. Dialog Rasulullah saw dengan para sahabatnya tercantum dalam hadits qudsi yang terjemahannya sbb : ”Rasulullah bertanya kepada para sahabat, bagaimana sikapmu apabila istrimu durhaka, pemudamu durjana dan kamu sendiri meninggalkan agama? Para sahabat tercengang dan berbalik bertanya kepada rasul, wahai Rasulullah apakah yang demikian ini akan terjadi? Rasulullah menjawab, demi Allah yang jiwaku ditanganNya, bahkan yang lebih hebat dari itupun akan ada. Sahabat bertanya kembali, apa ya rasul yang lebih hebat daripada itu? Rasulullah menjawab, bagaimana jadinya kalau kamu sendiri tidak melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Sahabat bertanya kembali, apakah ya rasul hal ini akan terjadi ? Rasulullah menjawab kembali, memang demi Allah yang jiwaku ditanganNya. Bahkan yang lebih hebat dari itupun akan terjadi. Kemudian Rasulullah menjawab lagi, bagaimana keadaanya apabila kamu menganggap yang ma’ruf sebagai yang munkar dan yang munkar sebagai yang ma’ruf. Sahabat bertanya kembali apakah ya rasul hal itu akan terjadi, rasulullah menjawab, bahkan yang lebih hebat dari itupun akan ada. Sahabat bertanya, apakah ya rasul yang lebih dahsyat dari itu? Bagaimana keadaannya kalau kamu menyuruh berbuat munkar dan mencegah berbuat yang ma’ruf. Sahabat bertanya lagi, apakah yang demikian akan terjadi ya rasulullah? Rasulullah menjawab lagi, maka demi jiwaku ditanganNya bahkan yang lebih dahsyat dari itupun akan terjadi. Allah mengatakan dalam hadits qudsinya tersebut “Aku bersumpah, demi kebesaranKu, sesungguhnya Aku timpakan kepada mereka itu fitnah sehingga akan menyebabkan orang-orang pintar menjadi tercengang”.

Dari dialog tersebut maka bisa kita simpulkan, dalam pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar di dalam kehidupan lingkungan masyarakat ada empat klasifikasi. Yang pertama, pada suatu masa akan ditemukan istri-istri yang durhaka, yang membangkang kepada suaminya. Kemudian akan ditemukan juga para kelompok pemuda-pemuda yang pekerjaannya hanya menimbulkan kerusakan demi kerusakan dan mengganggu keamanan. Kedua, dalam masyarakat akan timbul orang yang bersikap masa bodoh, apatis dan mempunyai semboyan: biar dunia jungkir balik, asal saya tetap selamat. Yang penting dirinya, dia tidak mau pusing-pusing mengajak orang lain berbuat baik, sebagaimana ia tidak peduli kalaupun kemungkaran bergelimpangan di bawah kelopak matanya. Ketiga, pemandangan sebagian orang sudah berkunang-kunang (kabur), yang hitam dipandang putih, yang merah terlihat biru. Karena pandangannya yang kabur itu maka kebaikan dilihatnya sebagai kemungkaran sedangkan kemungkaran dilihatnya sebagai suatu kebaikan. Keempat, ialah orang-orang yang menjungkir balikan fakta dan norma-norma yang sehat. Penjual bangsa dipandang sebagai pahlawan bangsa, patriot penegak hukum dan keadilan dianggap sebagai penghianat, menempatkan orang yang baik di tempat orang- orang yang buruk. Jika situasi yang demikian terus terjadi dan berkelanjutan, akibatnya kehancuran total akan ada di depan mata. Oleh karena itu kita berlindung kepada Allah SWT semoga hal itu terhindar dari diri dan masyarakat kita.

 

Oleh, Dr. Edi Suresman, M.Ag. 

Skip to content