Selamat Datang Syahr al-Barakah

Satu di antara sekian banyak penamaan bulan suci Ramadhan adalah Syahr al-Barakah. Dinamai syahr al-barakah, oleh karena Allah swt memberkahi setiap usaha yang dilakukan oleh siapapun. Maka tidaklah mengherankan jika kita melihat para pedagang menjelang dan selama bulan Ramadhan memperoleh banyak keuntungan, pabrik-pabrik meningkatkan produksinya karena meningkatnya permintaan masyarakat, seluruh jenis alat transportasi antar kota maupun antar pulau meraup keuntungan karena membludaknya pemudik yang hendak pulang kampung, produser lagu dan para artis juga memperoleh keuntungan yang tidak sedikit. Berkah banyak berhubungan dengan etos kerja, sehingga tidak ada pemilahan apakah ia muslim atau bukan.

Demikian akrabnya masyarakat kita dengan kata barkah sehingga ada yang menyebutnya dengan sebutan berkat, barokah, barakka. Bahkan, kata barkah telah menjadi bahasa resmi negara, sejak dari muqaddimah UUD 1945 hatta berbagai pidato para pejabat resmi negara. Ini merupakan indikator bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang islami.

Kata barkah akan kita temukan sebanyak 31 ayat yang tersebar di dalam 24 surah Al Quran. Mufassir menyatakan bahwa setiap kata yang mengalami pengulangan sebanyak itu, maka ia amat penting untuk dicermati oleh siapapun mengapa Allah berfirman sebanyak itu. Satu di antaranya terdapat pada surah Al-`Araf/7: 96 yang artinya “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan limpahkan barkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami akan siksa mereka disebabkan oleh perbuatannya.”

Indonesia, sebagai negeri bahari atau “benua maritim”, misalnya, mempunyai potensi kekayaan laut yang sangat besar, namun kita baru mampu kelola dan nikmati hasilnya sebanyak 18,8%. Perairan negeri kita mempunyai peranan yang sangat strategis dan penting sebagai jalur bagi pertumbuhan dan pergerakan ekonomi Asia Timur yang mempunyai pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Sekira 70-80% kebutuhan bahan bakar minyak untuk negara industri Jepang dan Korea Selatan dipasok dari Timur Tengah melalui selat Malaka. Kebutuhan bahan bakar gas berupa LNG juga lebih dari seperuhnya dipasok melalui perairan Indonesia.

Fungsi laut atau air yang demikian tinggi seperti itu, telah diciptakan oleh Allah, sebagaimana kita ketahui dari adanya firman-Nya yang artinya: “Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya agar supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur” (Q.s. Al-Nahl/16:14). Belum lagi kekayaan alam kita yang terpendam di dalam tanah, hutan, dan udara sebagai sumber energi.

Populasi penduduk negeri kita banyak, mayoritas muslim, tertantang dengan adanya sumber kekayaan alam yang telah dihamparkan bahan mentahnya oleh sang pemilik alam ini, Allah swt. Iman kita di sini tertantang pula, apakah kita meyakini bahwa semua itu bersumber dari sang pencipta Al-Khaliq dan sang pembagi rizki Al-Razzaq.

Manakala dasar kayakinan kita telah seperti itu, maka agenda besar kita bersama berikutnya adalah bagaimana mewujudkan ketaqwaan kita kepada-Nya. Beberapa indikator ketaqwaan yang mutlak kita wujudkan saat ini ialah menumbuhkan minat terutama generasi muda untuk menggali potensi alam secara proporsional, menekuni dan mengembangkan spesialisasi atau keahlian, memacu kreatifitas sehingga lebih produktif bagi pencapaian pemenuhan kesejahteraan bangsa.

Jika kita sudah mampu memadukan antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia yang kita miliki, maka akan semakin terasalah barkah Allah itu dari berbagai segi. Semuanya terpulang pada kita bangsa Indonesia. Selepas training peningkatan kualitas iman dan taqwa kita di bulan Ramadhan, kita kuak dan raih barkah Allah itu. Semoga ! 

 

Oleh, Prof. Dr. H. Abdul Majid, MA.