A m a n a h

Di antara sifat-sifat Rasulullah SAW yang harus kita teladani, salah satunya adalah amanah. Semenjak kecil Rasulullah selalu bersikap jujur. Kejujurannya itulah yang membuat masyarakat Arab saat itu menyebutnya Al-Amin.

Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini sifat amanah sudah mulai pudar. Maraknya pelanggaran oleh para pemegang amanah menunjukkan hal itu, seperti pembobolan dana nasabah oleh oknum karyawan, tindakan korupsi di berbagai sektor pendapatan negara, dsb. Amanah sudah pudar, tatkala ibu membuang anak kandungnya, orang tua menjual anaknya, ayah menelantarkan anaknya, suami menyelingkuhi keluarganya, harta titipan umat diselewengkan, money laundry, hukum dipermainkan, dan banyak lagi. Kini sifat amanah seperti jarum dalam tumpukan jerami. Padahal khianat terhadap amanah adalah ciri datangnya hari kiamat.

Salah satu tanda datangnya as Sa`ah (hari kiamat) adalah orang sudah mengabaikan amanat. Dari Abu Hurairah r.a., berkata Rasulullah ketika menjawab seorang yang menanyakan as Sa`ah. “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat”. Lalu orang itu bertanya lagi, “Bagaimana menyia-nyiakan amanah?”. Rasulullah menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat” (H.R. Bukhari)

Setiap insan harus menyadari bahwa dirinya adalah pemegang amanah, baik sebagai pribadi, kepala keluarga, sampai kepala negara. Semua orang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah atas semua amanah yang dipikulnya. Sebagaimana firman Allah SWT (Q.S. Al-Ahzab [33]: 72) : “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya menolak/enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir (berat) tidak mampu melaksanakannya, lalu kelak dipikullah amanat itu oleh al-insan (manusia).Sungguh manusia itu dholim dan bodoh.”

Kata dholim dan bodoh ini ditujukan bagi orang-orang yang lalim, lalai, khianat, tidak melaksanakan tugas-tugas yang telah disanggupinya. Dholim jika ternyata ia tidak melaksanakan amanah yang sangat mulia dan bodoh jika ia gagal memenuhi amanah, namun lebih mulia jika sukses menjalankan amanah.

Mengenai amanah, Allah mempertegas lagi perintah-Nya dalam Q.S. an Nisaa [4]: 58: “Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan jika kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya berlaku adil. Sungguh Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Orang yang pantas memikul amanah adalah orang yang berhak dan ahli. Selain itu, ia juga memelihara empat perkara. Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash r.a., berkata Rasulullah: Ada empat perkara jika engkau pelihara baik-baik, kayalah engkau, walau kemegahan dunia tidak engkau capai :

  1. Memelihara amanah
  2. Berkata jujur
  3. Akhlak/Perangai yang baik
  4. Mengendalikan selera kerakusan makan

Kita harus menyadari bahwa semua organ tubuh dari ujung rambut sampai kaki adalah amanah dari Allah SWT. Semuanya milik Allah, termasuk harta kekayaan yang kita miliki. Semua hanya pengakuan milik kita. Harta, jabatan, ilmu, atribut keilmuan/kepintaran, tempat tinggal, anak-istri, kendaraan, sumber kehidupan, semuanya milik Allah. Jadi jangan abaikan amanah dari Allah karena semuanya akan kita pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.

Oleh, Dr. H. M. Dzul Iman, M.Pd