Budaya Masyarakat Muslim

Hari Jum’at tanggal 26 April 2013 M. bertepatan dengan tanggal 15 Jumadil Akhir 1434 H. Penanggalan Hijriyah memang kurang banyak dikenal di kalangan kita masyarakat Indonesia. Kita lebih akrab dengan penanggalan Masehi, yang dimulai kelahiran Nabi ‘Isa al-Masih ‘alaihis salam. Padahal penaggalan Hijriyah banyak memberi peringatan berbagai peristiwa penting yang dialami Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti tiga bulan yang lalu adalah bulan Rabi’ul Awwal, atau lebih dikenal dengan nama bulan Maulid, karena pada bulan tersebut, tepatnya tanggal 12 Rabi’ul Awwal adalah hari kelahiran Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan masyarakat muslim banyak yang memperingati hari kelahiran Nabi Besar tersebut, untuk mengambil suri tauladan dari beliau, sejak kecil beliau, masa remaja beliau, kemudian memasuki masa dewasa, keprihatinan beliau melihat keadaan masyarakat Arab ketika itu, yang disebut zaman Jahiliyah. Sampai beliau mengasingkan diri di Gua Hira’ untuk memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa.

Sekarang kita telah memasuki bulan Rajab. Peristiwa penting yang dialami beliau ialah Isra’ dan Mi’raj, yaitu beliau dipanggil langsung oleh Allah subhanahu wa ta’ala, untuk menerima perintah shalat fardhu 5 kali setiap hari. Budaya masyarakat muslim ialah suka memperingati hari-hari penting dalam perjalanan sejarah Islam. Setiap tahun tidak kurang dari 6 kali peristiwa penting, jadi rata-rata setiap dua bulan ada saja peristiwa penting yang dialami oleh Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam. Itu semua banyak memberi pelajaran kepada umat muslimin, oleh karena itu para ulama dan para tokoh masyarakat banyak menganjurkan kepada umat Islam untuk memperingatinya supaya dapat mengambil pelajaran berharga dari sejarah dan peristiwa yang beliau alami dalam kehidupan sehari-hari.

Selain dua peristiwa penting itu, yaitu hari kelahiran beliau dan hari Isra’ Mi’raj, masih ada 4 peristiwa penting lainnya yang diperingati pada setiap tahunnya, sehingga ada 6 peristiwa penting yang perlu diperingati. Empat peristiwa penting lainnya ialah : yang ketiga sebentar lagi, yaitu beberapa bulan lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Insya Allah tanggal 10 Juli 2013 adalah tanggal 1 Ramadhan. Dan tanggal 17 Ramadhan adalah hari diturunkannya ayat Al-Qur’an yang pertama sekali, yaitu surah al-‘Alaq ayat 1 – 5. Peristiwa penting ini juga diperingati di beberapa tempat oleh umat muslim, dengan maksud untuk menyegarkan kembali bagaimana peristiwa turunnya ayat Al-Qur’an yang pertama sekali itu terjadi, dan bagaimana efek selanjutnya di masyarakat Jahiliyah Arab waktu itu, yang keadaannya sangat berbeda dengan keadaan sekarang ini.

Peristiwa penting yang keempat ialah dengan berakhirnya bulan Ramadhan yang kita semua wajib melaksanakan ibadah shaum selama satu bulan penuh, kemudian ditutup dengan ‘Idul Fithri, yaitu Hari Raya Fitrhrah tanggal 1 Syawal. Pada hari itu semua orang Islam, besar-kecil, tua-muda wajib melaksanakan ibadah mengeluarkan zakat fithrah, berupa makanan pokok, untuk kita yaitu beras 2 ½ kg atau berupa uang seharga zakat fithrah tersebut. Dan kita juga diperintahkan untuk melaksanakan ibadah shalat ‘Idul Fithri dua raka’at secara berjama’ah, yang kemudian disampaikan khutbah ‘Idul Fithri berupa informasi dan nasihat-nasihat yang diperlukan sesuai dengan kondisi dan situasi pada saat itu. Shalat ‘Idul Fithri dapat dilakukan di lapangan terbuka, atau di masjid yang dapat memuat massa yang sangat besar. Hal-hal yang bersifat ibadah ini dilaksanakan umat muslimin sama di seluruh dunia, sesuai dengan contoh dari Nabi.

Adapun budaya umat muslimin bisa berbeda di suatu daerah dengan daerah lain. budaya muslimin Indonesia, terutama di Jawa Barat ialah ngabuburit pada sore hari di bulan Ramadhan. Dan pada dini hari menjelang sahur, anak-anak remaja berkeliling dengan menabuh beberapa tabuhan, membangunkan orang-orang untuk masak atau memanaskan nasi dan sayur guna keperluan makan sahur. Budaya ini mungkin tidak ada di tempat-tempat lain.

Budaya orang-orang Islam di Indonesia pada Hari Raya ‘Idul Fithri ialah saling kunjung pada sanak famili dan handai tolan. Oleh karena itu hampir setiap rumah tangga selalu menyediakan masakan istimewa, berupa makanan ketupat dan kari ayam. Paling tidak menyediakan kue yang dibuat sendiri, ataupun dibeli di toko-toko. Anak-anak tanpa terkecuali memakai pakaian baru, sepatu baru, juga mendapat hadiah uang dari paman atau Omnya. Bahkan yang familinya jauh di desa juga diusahakan untuk mengunjunginya, sehingga suasana kota menjadi ramai, seperti sering dikatakan, semua orang melakukan kegiatan mudik nasional.

Ucapan selamat Hari Raya ‘Idul Fithri di kalangan masyarakat muslim Indonesia, juga tidak sama dengan kebiasaan masyarakat muslim di Arab, ataupun di Timur Tengah pada umumnya. Ucapan kita biasanya Minal ‘Aidin wal Faidzin, sedangkan masyarakat di Arab biasanya mengucapkan ‘Id Mubarak. Meskipun kalimat yang kita ucapkan adalah bahasa Arab, tetapi ini tidak ada di Arab.

Di Indonesia pada menjelang ‘Idul Fithri selalu ditandai dengan meningkatnya kegiatan ekonomi, mobilitas manusia dan barang-barang sangat meningkat. Belum lagi saling berkirim kartu lebaran, atau ucapan “Selamat Hari Raya ‘Idul Fithri” baik di Koran-koran dan majalah, dan juga melalui mass media elektronik seperti radio dan televisi. Hal ini sebagai kegiatan budaya masyarakat muslim di Indonesia, juga tidak terjadi pada masyarakat muslim di Arab, juga tidak terjadi pada masyarakat muslim di Negara-negara lain, baik Timur Tengah maupun di belahan bumi lain.

Di Timur Tengah sebagai asal tumbuh dan berkembangnya Agama Islam, tidak ada pertemuan silaturahmi yang berkaitan dengan ‘Idul Fithri, ataupun acara Halal bi Halal. Shalat ‘Idul Fithri seperti shalat Jum’ah biasa, setelah selesai shalat ‘Idul Fithri, mereka pulang ke rumah masing-masing, tanpa ada acara bersalam-salaman dan kunjung-mengunjungi ke rumah-rumah. Acara berkunjung ke rumah-rumah saudara dan sahabat handai tolan, serta pertemuan silaturahim atau halal bihalal, adalah budaya masyarakat muslim Indonesia.

Peristiwa penting yang kelima ialah Hari Raya ‘Idul Adha, yaitu tanggal 10 bulan Dzul-Hijjah. Sehari sebelumnya yaitu tanggal 9 Dzul-Hijjah kita melaksanakan ibadah shaum sunnah yang disebut shaum ‘Arafah, bersamaan para jama’ah haji di Makkah melaksanakan Wukuf di Padang ‘Arafah. Esok harinya adalah hari raya ‘Idul Adha, kita melaksanakan ibadah shalat ‘Idul Adha dua raka’at dan kemudian disampaikan khutbah ‘Idul Adha. Setelah selesai ‘Idul Adha maka dilaksanakan ibadah penyembelihan hewan qurban, yaitu domba atau kambing, atau pun sapi untuk tujuh orang, yang dagingnya dibagi-bagikan kepada orang banyak, terutama para fakir/miskin. Penyembelihan hewan qurban ini harus dilakukan setelah selesai shalat ‘Idul Adha, atau disebut yaumun-nahr, artinya hari penyembelihan hewan qurban, yaitu tanggal 10 Dzul-Hijjah (setelah selesai shalat ‘Idul Adha) dan boleh dilakukan 3 hari setelah itu, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzul-Hijjah, yang disebut Ayyamut Tasyriq. Ibadah agama ini dilaksanakan umat Islam di seluruh dunia.
Adapun kegiatan budaya yang dilaksanakan umat Islam di Indonesia pada hari raya ‘Idul Adha ini, tidak sebanyak pada Hari Raya ‘Idul Fithri, kecuali hanya saling mengucapkan “Selamat Hari Raya ‘Idul Adha” baik secara langsung, melalui telepon atau SMS, atau dengan berkirim kartu ucapan selamat ‘Idul Adha ataupun melalui mass media cetak maupun elektronik.

Sedangkan peristiwa budaya penting yang keenam ialah Tahun Baru Hijrah, yaitu tanggal 1 Muharram. Pada acara peringatan Tahun Baru Hijriah, masyarakat muslim di Indonesia kecuali mengadakan pawai obor yang diikuti oleh anak-anak dan para remaja, biasanya juga diadakan renungan muhasabah atau introspeksi diri, dengan memanjatkan do’a bersama, serta ceramah keagamaan, atau seminar sehari, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah al-Hasyr ayat 18, yang artinya : Wahai orang-orang yang beriman, taqwalah Anda semua, dan hendaklah setiap orang memperhatikan hal-hal yang telah dikerjakan pada masa lalu, untuk dapat membuat perbaikan-perbaikan di masa datang. Hadits Nabi juga mengingatkan kita supaya hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Demikian beberapa kegiatan budaya umat Islam dalam menyambut hari-hari penting bersejarah. Jadi kecuali ibadah agama yang harus secara disiplin kita laksanakan, budaya Islam yang memang tumbuh dari kreasi umat Islam juga perlu kita pelihara dan terus ditumbuhkembangkan. Karena jika tidak maka masyarakat muslim banyak yang mengikuti budaya lain, seperti valentine Day atau mereka katakan hari kasih sayang, ataupun anak-anak kita minta terompet pada tahun baru, atau memasang mercon yang cukup besar bahayanya.

Memelihara dan mengembangkan budaya Islam mempunyai dua kemanfaatan, pertama supaya menjaga kegiatan budaya Islam tetap sesuai dan tidak melanggar Syar’at Agama, seperti yang terjadi dan dilakukan di beberapa kota, peringatan Maulid Nabi dengan membuat gunungan dari buah-buahan dan beberapa macam makanan, lalu diarak keliling kota, kemudian diperebutkan secara kasar, sampai banyak makanan dan buah-buahan yang diinjak-injak dan menjadi mubazir karena tidak dapat dimakan lagi. Atau membuat tumpeng yang disajikan entah untuk siapa, diletakan di bawah pohon besar, atau dibuang ke laut. Acara-acara semacam ini sudah keluar dan melanggar ajaran Syari’ah Islam.

Manfaat kedua ialah supaya masyarakat Islam bangga dengan budaya mereka yang tumbuh dan berkembang dari ajaran Islam, sehingga tidak tertarik untuk mengikuti budaya asing atau budaya yang bertentangan dengan agama. Demikianlah pentingnya budaya bagi masyarakat suatu bangsa. Agama Islam sebagai agama yang dibawa nabi terakhir, tentu banyak memberi inspirasi tumbuh dan berkembangnya budaya yang sehat, oleh karena itu perlu mendapat perhatian dari para ulama dan tokoh-tokoh masyarakat.

Mudah-mudahan Allah subhanahu wa ta’ala selalu melimpahkan hidayah dan inayah-Nya bagi kita umat Islam seluruh dunia pada umumnya, dan umat Islam Indonesia khususnya.

Oleh, Prof. Dr. K.H. Salim Umar, M