Fithrah Manusia

Sesungguhnya iman dan takwa merupakan modal yang paling utama bagi manusia, baik kehidupannya di dunia maupun di akhirat. Orang yang ditinggalkan oleh iman dan takwa, kehidupannya lebih banyak ditentukan oleh hawa nafsunya yang bertentangan dengan agama karena tidak terkendali. Karena itulah, maka latihan untuk menahan hawa nafsu adalah suatu ibadah yang memang menguntungkan bagi manusia. Kerugian bagi manusia yang tidak memanfaatkan ibadah itu.

Allah berfirman dalam surat Ar Ruum ayat 30 sampai 32. Pada ayat 30 Allah berfirman:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” (QS. Ar Ruum: 30)
“dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah”,(QS. Ar Ruum:31)
“yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”.(QS. Ar Ruum:32)

Demikianlah peringatan Allah kepada nabi Muhammad saw. Dan peringatan kepada rasul juga berarti peringatan kepada kita semuanya. Kini setelah Idul Fitri, setelah kita meninggalkan bulan suci Ramadhan, bulan latihan yang sangat intensif dalam beribadah mengamalkan agama baik dalam disiplin ibadah, disiplin mengendalikan hawa nafsu, membiasakan bermurah hati dalam mengeluarkan zakat dan shadaqah. Itu semua kita lakukan karena perintah Allah, kita lakukan bukan karena apa-apa melainkan dengan niat ikhlas karena kita beriman dan hanya mengharapkan pahala dari Allah, bukan karena pujian orang lain, bahkan jika kita melakukannya karena ria atau ingin dilihat orang lain akan hilanglah pahala kebaikan amal shaleh tersebut.

Setelah itu kita kembali kepada rutinitas kita lagi. Akankah latihan intensif selama satu bulan yang kemudian ditutup dengan Idul Fitri itu kembali? Selama kembali kepada fitrah kesucian manusia, akankah hilang arti dan makna latihan ibadah Ramadhan itu, atau akan membentuk sifat-sifat yang baik bagi kita dalam menghadapi pekerjaan sehari-hari? Pada ayat 30 sampai ayat 32 Ar Ruum, Allah mengingatkan kita semua terutama orang-orang Islam yang baik, yang mau mendengarkan firman-firman Allah, untuk tetap menghadapkan muka kita dalam agama yang benar ini, yaitu Agama Islam yang sangat sesuai dengan fitrah manusia. Allah menurunkan agama terakhir ini sesuai dengan kondisi dan anatomi jiwa dan fisik manusia, tidak ada yang lebih tepat bagi manusia kecuali aturan agama yang Allah turunkan.

Allah berfirman dalam surat Ali ‘Imran ayat 19,85:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”.
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

Oleh karena itu, marilah kita pelihara dan jaga kebersihan dan kesucian jiwa ini. Dasar kesucian fitrah adalah modal yang sangat berharga yang dimiliki oleh semua manusia sebagaimana hadits nabi menyebutkan: ”setiap bayi yang dilahirkan adalah terlahir secara suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia kadang-kadang menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Terkadang kedua orang tua bukan mendidik dengan baik tapi membolehkan jiwa yang suci menjadi menyimpang dari kesucian fitrah. Selain orang tua yang membuat kesucian fitrah ini menyimpang tentunya juga kondisi lingkungan, kondisi pendidikan atau teman-teman bergaul yang tidak baik dapat mempengaruhinya. Sangat disayangkan modal berharga kesucian fitrah manusia sering dikotori atau dirusak oleh kondisi dan lingkungan serta proses pendidikan yang salah.

Oleh karena itu tradisi Idul Fitri yang mengajak manusia untuk kembali kepada dasar fitrah yang suci, yang telah diberikan Allah kepada semua manusia, perlu dijaga dengan baik. Allah maha mengetahui, bahwa manusia itu mudah terpengaruh kepada hal-hal yang tidak baik, bersikap lalai dan tidak disiplin, mudah tergoda oleh hal-hal yang tidak baik sehingga melupakan fitrah suci sebagai modal berharga yang dimilikinya.

Kini kita telah kembali pada rutinitas sehari-hari, tidak mengapa asalkan kita bisa menjaga kesucian jiwa dan fitrah kita. Orang Arab sering mengucapkan dengan ungkapan “berhari raya bukan sekedar memakai pakaian baru atau memakan kue yang lezat, tapi berhari raya sebetulnya adalah bagi orang-orang yang ketaatannya bertambah”. Kita biasa membelikan baju baru dan sepatu baru untuk anak-anak kita sebagai hadiah mereka telah melakukan shaum dengan baik, melakukan ibadah Ramadhan dengan baik dan kita juga buat makanan karena akan datang tamu-tamu yang bersilaturahmi. Itu semua adalah budaya yang mendukung pelaksanaan ibadah agama, sehingga orang yang melaksanakan ibadah agama baik shalat Idul Fitri maupun silaturahmi menjadi bergairah dan bersemangat, dan itulah pelaksanaan agama yang mendapat dukungan penuh dari budaya. Oleh karena itu, budaya ini tidak perlu dihilangkan tapi dijaga jangan sampai keluar dari relnya. Demikianlah beberapa hal mengenai fitrah manusia, mudah-mudahan kita dapat melanjutkan kebaikannya.

Oleh, Prof. Dr. H. Salim Umar