Jika kita menelusuri perjalanan waktu, maka waktu tidak terasa dan berjalan terus. Hari demi hari terus berlalu tidak ada pemberhentian waktu. Apa yang sesungguhnya kita cari, mau kemana kita? Kalau kita pelajari, kita telaah, ternyata di dalam kehidupan dunia ini ada dua hal yang kita hadapi, yaitu: ada kalanya kita meninggalkan dunia atau dunia yang meninggalkan kita. Bila kenikmatan hidup dunia ini kita identikkan dengan istri, anak-anak, harta kekayaan, pangkat kedudukan dan jabatan yang menjadi perhiasan dunia, maka sewaktu-waktu semua kenikmatan itu kita tinggalkan. Karena jiwa kita diambil oleh yang punyanya Allah SWT kembali kehadiratnya dan yang tinggal hanyalah nama dan kenangan semata, atau sebaliknya semua kenikmatan dunia itu meninggalkan kita misalnya: anak dan istri dipanggilNya mendahului kita, harta kekayaan habis, pangkat dan kedudukan juga secara alamiah akan ditinggal. Ternyata kehidupan ini tak ubahnya laksana beberapa tetes air yang melekat di jari setelah dicelupkan di samudra luas. Sangat sedikit sekali di bandingkan dengan akhirat yang kekal dan abadi.
Apakah pemaknaan seperti pemikiran kita menuju akhirat adalah fatalis? Tentu tidak, sebagai orang yang beriman dan meyakini adanya hari akhir, perjalanan kita tentu saja sangat panjang setelah kematian yang akan kita alami nanti. Karena itu, memahami hakikat hidup yang harus kita terus upayakan sebagaimana halnya kita dalam kehidupan, dalam dunia organisasi, dalam dunia kerja di akhir seperti sekarang ini adanya pelaporan dan lain sebagainya untuk mengukur kinerja dan sekaligus pertanggungjawaban kita. Apakah kita juga seperti itu untuk menghadapi apa yang menjadikan kehidupan kita nanti di hadapan Allah SWT. Pertanyaan yang mendasar bagi kita, adakah yang telah kita siapkan sebagaimana Allah menyatakan kepada kita “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al Hasyr:18)
Janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan lupa kepada diri mereka sendiri, mereka itulah orang-orang yang fasik. Dengan demikian nyata bagi kita bahwa memaknai hidup yang sedang kita jalani ini, kita harus selalu mengokohkan, apakah orientasi kita sudah benar-benar karena Allah, sudah benar-benar mencapai ingin ridho Allah dan sudah benar-benar mencintai Allah? Sebagai ungkapan yang sederhana, orang tua yang telah melahirkan kita sangat mencintai kita, apapun yang tidak pernah kita minta diberikannya kepada kita dan yang terbaik. Bayangkan oleh kita kalau Allah telah mencintai kita, apapun yang kita harapkan akan Allah berikan kepada kita. Gambaran manusia saja demikian luar biasa, sayangnya kepada kita sebagai orang tua apalagi kalau Allah telah memberikan kepada kita dan kecintaannya telah kita raih dan itulah sebaik-baiknya yang harus kita wujudkan. Kenapa harus demikian? Sebab kehidupan yang kita jalani ini pada saatnya akan kembali, pada saatnya akan kita berhenti, pada saatnya kita tidak boleh menolak, sebagaimana Allah menyatakan dalam firmannya: “Dimana ajal kematian tiba sampai pada kamu sekalian, maka tidak ada yang bisa memajukan maupun memundurkannya”
Karena itu sebagai kaum muslimin jangan terpesona dengan urusan-urusan yang sifatnya hanya duniawi semata, tapi bagaimana kita sesungguhnya mengokohkan apa yang menjadikan kehidupan kita besok. Karena Allah nyatakan: “akhirat itu lebih utama daripada sekarang, akhirat itu abadi yang menjadikan kita harus menyiapkan dengan sebaik-baiknya”. Karena itu Allah menyatakan kepada kita: “sebagaimana yang selalu targetkan dalam hidup ini, bersegeralah untuk mencari apa yang menjadikan kebahagiaan akhirat”. Jadi artinya dunia ini bukan menjadi tujuan walaupun sekarang menjadi fenomenal. Ketika orang berkedudukan tinggi, berharta banyak, dipandang sebagai yang lebih hebat, di hadapan Allah belum tentu apalagi dia tidak menunaikan amanahnya dengan semestinya. Karena itu Allah nyatakan, “dan kenikmatan hidup dunia ini tidak lain hanyalah komoditas harta benda yang penuh tipuan belaka”. Karena itulah pantas kalau kita selalu untuk melaksanakan introspeksi, untuk mengokohkan kembali sisa-sisa usia kita, untuk menghampiri Allah dan mencapai keridoan Allah yang menjadikan kebahagiaan bagi kita dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Tau apa yang kita kerjakan, jangankan yang besar, yang kecil pun dapat diketahuinya sebagaimana daun satu helai yang jatuh dari pohonnya, selalu semuanya dalam genggaman kekuasaan Allah. Dan Allah nyatakan, “sesungguhnya bagi Allah, tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak pula di langit”.
Karena itulah kesungguhan memaknai hakikat hidup kita, maka yang belum kita lakukan harus kita wujudkan, dan perwujudannya itu adalah bagaimana kita menggapai Allah dan bagaimana mencapai keridoan Allah dan sekaligus kita bahagia dunia dan akhirat.
Oleh, Dr. H. Mufid Hidayat, MA.
ankara escort
çankaya escort
ankara escort
çankaya escort
ankara rus escort
çankaya escort
istanbul rus escort
eryaman escort
ankara escort
kızılay escort
istanbul escort
ankara escort
istanbul rus Escort
atasehir Escort
beylikduzu Escort