Penyakit Hati

Perjalanan kita sudah memasuki akhir tahun 2013, beberapa saat lagi kita akan memasuki tahun baru 2014. Berbahagialah kita semua yang hari demi harinya senantiasa disibukan dengan amal-amal saleh. Seluruh detik, jam, hari, minggu, bulan senantiasa bertambah baik. Karena itulah memang yang diinginkan baginda Rasulullah saw, agar segenap umatnya selalu meraih kesuksesan dalam hidupnya. Ciri seorang mukmin yang sukses adalah yang hari-harinya selalu bertambah baik, itulah yang diungkapkan oleh beliau “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang sukses, yang berhasil, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, dia merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dia orang yang telah binasa”. Oleh sebab itu, mari kita sambut hari-hari kedepan dengan lebih mempersiapkan diri agar kita sanggup menghadapi berbagai persoalan seberat apapun, karena memang hakekat hidup adalah ujian atas persoalan-persoalan yang kita hadapi.

Manusia yang sukses adalah yang siap untuk menghadapi berbagai ujian, berbagai permasalahan. Manusia yang tidak pernah menghadapi masalah berarti dia tidak pernah akan ada kemajuan. Ada satu modal utama yang harus kita siapkan di hari depan yaitu kesehatan jasmani dan rohani. Persoalannya adalah kalau seseorang merasa tidak sehat jasmani, orang itu segera sadar kemudian dia datang ke dokter untuk berobat agar sehat jasmaninya. Namun demikian berbeda ketika manusia menderita hatinya, kadang manusia tidak sadar bahwa dia dalam keadaan sakit sehingga tidak pernah berfikir untuk mencari obatnya. Jika hatinya dalam keadaan sakit maka rasa dan pikirannya pun akan sakit, kalau itu yang terjadi maka keputusan yang kita ambilpun akan salah yang akibatnya merugikan kita sendiri. Dan jika itu di biarkan tentu penyakit ini akan semakin kronis dan semakin hari akan bertambah kuat sehingga akan sampai pada penghujung sakitnya yaitu matinya hati seseorang. Kalau sudah mati hatinya, maka dia tidak akan sanggup lagi untuk berbuat kebajikan, padahal hati lebih menentukan segalanya. Karena hati merupakan tempat berfikir, dan tempat merasa dan hati itulah yang akan membimbing tubuh kita dalam menyikapi sebuah persoalan serta mengambil keputusan.

Tubuh kita yang diperintahkan untuk bergerak, untuk melakukan suatu tindakan itu semua diimami oleh al qalb. Kalau al qalb itu sehat, maka seluruh jasadnya akan sehat tapi kalau sebaliknya hatinya sakit maka seluruh tubuhnya akan sakit. Oleh sebab itu kita harus mendekat, kita harus bertanya kepada yang membuat hati kita agar tahu apakah kita terindikasi sakit atau sehat dan kita harus bercermin kepada Al Quran. Syekh Imam Qayyim Al Jatsiyah seorang ulama besar yang telah banyak mengarang kitab-kitab, dalam satu kitabnya ia mencoba menganalisis tentang keadaan hati manusia berdasarkan Al Quran, yang disitu Allah menginformasikan tentang jenis-jenis hati manusia, apakah hatinya sedang sakit, sehat atau mati. Ia mengatakan bahwa keadaan hati manusia ada tiga: pertama adalah hati yang sehat, yang kedua hati yang mati dan yang ketiga hati yang sedang sakit.

Bagaimana beliau mengambil jenis hati yang pertama? Terungkap pada surah Asy Syu’araa’ ayat 87-89. Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah “dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. Dalam kitabnya, beliau menegaskan bahwa hati yang sehat adalah hati yang selamat dari segala syahwat-syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah. Manusia yang memiliki hati yang sehat adalah manusia yang terhindar dari keadaan yang kelabu, samar-samar yang tidak punya keyakinan yang bertentangan dengan apa yang ditegaskan oleh Allah tentang kebenarannya dalam Al Quran, yang selamat dari menyembah/ beribadah mengabdi kepada selain Allah, dan selamat dari mengikuti cara hidup selain rasulNya.

Imam Al Jatsiyah menegaskan lagi, orang beribadah, menyembah dan mengabdi murni semata-mata untuk Allah SWT, dia akan berkehendak sesuai kehendak Allah, dia memasrahkan diri kepada Allah, dia kembali hanya kepada Allah, ia tunduk hanya kepada Allah, dia merasa takut hanya kepada Allah dan diapun berharap hanya kepada Allah, dia akan mencintai sesuatu karena Allah, kalaupun membenci sesuatu/ seseorang karena Allah, memberi karena Allah, dan kalaupun menolak karena Allah. Untuk itulah Allah mengajak dan menyuruh kita semua yang beriman, agar istiqomah dalam keadaan hati yang bersih tadi. Caranya adalah tiada lain kecuali mendahulukan Allah di atas segala sesuatu, selalu Allah yang didahulukan atas kepentingan kita semua.

Inilah seruan Allah pada surah al Hujurat ayat 1: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Oleh sebab itu, orang yang mendahulukan Allah dalam segalanya, ia tidak akan mengatakan sesuatu sebelum Allah mengatakan, ia pun tidak pernah melakukan sesuatu sebelum Allah memerintahkan. Maka orang seperti inilah orang yang sehat hatinya, dia akan menghadap dan bertemu dengan Allah dalam keadaan bahagia.

Kedua adalah hati yang tidak lagi ada kehidupan di dalamnya, indikatornya kata beliau adalah hati yang tidak pernah mengenal tuhannya, tidak mengenal Allah, tidak pernah tau siapa penciptanya, pemeliharanya, pemberi rizkinya, pengatur hidupnya, tidak pernah tau dan tidak pernah peduli kepadaNya. Diapun tidak menyembah Allah sesuai dengan perintahnya tapi dia sembah Allah kadang-kadang mengikuti hawa nafsunya, dia persekutukan Allah, dia sembah Allah di Masjid dan sembah yang lain di luar Masjid. Ia pun tidak pernah mencintai Allah, tapi sebaliknya dia terus-menerus mengikuti syahwat-syahwat dan keinginan-keinginannya, mengikuti kelezatan-kelezatan duniawinya. Maka indikatornya, kalau ia membenci sesuatu karena hawa nafsunya, kalaupun memberi karena hawa nafsunya. Ia lebih memilih apa yang ada pada dirinya, lebih mencintai dirinya daripada memperoleh ridho Allah SWT. Orang yang seperti ini, indikator lainya adalah dia tidak pernah mau menerima nasehat kebenaran dari orang lain, menutup hati sebaliknya lebih mengikuti seluruh syetan-syetan. Inilah yang diungkapkan oleh Allah SWT “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”. Orang yang memiliki hati yang mati bukan hanya berbahaya bagi dirinya sendiri tapi juga berbahaya bagi orang lain yang ada di sekitarnya. Berkumpul/bercampur dengan orang yang memiliki hati seperti ini adalah sebuah penyakit, akan menderita orang yang menyertai orang tadi. Bergaul dengan orang yang punya hati mati itu akan memperoleh racun.

Yang terakhir adalah hati yang sakit, hati yang ada kehidupan pada dirinya tapi sekaligus juga ada penyakit pada dirinya. Maka dia memiliki dua kekuatan yang saling tarik-menarik, suatu saat dia tertarik kepada kebaikan dan saat yang lain tertarik kepada keburukan. Tergoncangkan antara dua pilihan tadi, kadang kekanan, kadang kekiri. Suatu saat dalam dirinya ada kecintaan kepada Allah, ada iman kepada Allah, ada keikhlasan kepada Allah tapi pada saat yang lain ada kecintaan kepada syahwat-syahwat dan mendahulukannya. Tarik menarik terjadi, ini amat sangat berbahaya kalau tidak segera sadar, tidak segera kembali menghadap Allah, maka dianjurkan kata beliau untuk segera kembali kepada Allah. Itulah yang Allah katakan dalam surah Ali Imron ayat 133: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”.

Oleh, Dr. H. Mad Ali, MA.