“Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Quran, sebagai hidayah atau petunjuk bagi semua manusia dan penjelasan tentang petunjuk itu, serta penentu atau decition maker (yaitu penentu atau pembuat keputusan). Karena itu, barangsiapa di antara kamu memasuki bulan itu, hendaklah melaksanakan puasa, sedangkan yang sedang sakit atau dalam perjalanan, maka boleh tidak puasa, dan diganti pada hari-hari lain di luar Ramadhan. Demikianlah Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran. Oleh karena itu, hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, baik permulaan turunnya kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu pada tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijrah, yang kemudian turun secara berangsur-angsur selama 23 tahun, yaitu 13 tahun ketika Nabi di Makkah dan 10 tahun setelah Nabi hijrah di Madinah. Juga diturunkannya Al-Qur’an secara sekaligus kepada malaikat Jibril, pada malam Lailatul Qadar yang juga pada bulan Ramadhan, sebagaimana diterangkan dalam surah al-Qadr :
“1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam Lailatul Qadr
2. Dan tahukah kamu, apakah malam Lailatul Qadar itu?
3. Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu para malaikat turun, dan juga Malaikat Jibril, dengan izin Tuhan untuk mengatur segala urusan.
5. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Pada akhir ayat 185 surah al-Baqarah tadi disebutkan Wa la’allakum tasykurun, artinya : Mudah-mudahan kamu semua bersyukur. Bersyukur artinya merasakan kegembiraan dan kebahagiaan, karena Al-Qur’an yang menjadi pedoman dan tuntunan hidup manusia telah diturunkan. Al-Qur’an dan berbagai keterangan dan penjelasan dari Nabi, yaitu Sunnah atau Hadits Nabi, adalah merupakan pedoman dan tuntunan hidup yang sangat sempurna bagi manusia, baik dalam kehidupan yang masih sederhana, maupun dalam kehidupan modern seperti sekarang ini. Pesan nabi Muhammad SAW telah menerangkan :
“Aku telah tinggalkan untuk kamu semua dua hal, yang kamu semua tidak akan sesat jika tetap berpegang kepada dua hal tersebut, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul”.
Berpegang atau mempedomani Al-Qur’an dan Sunnah Rasul ialah memahami petunjuk keduanya, dan mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari, serta tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan petunjuk tersebut. Tetapi sekarang ternyata banyak ptra-putra bangsa, yang melakukan kerusakan dan hal-hal yang bertentangan dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, seperti illegal logging atau pembabatan hutan, memberikan perijinan kepada pemodal asing untuk melakukan penggalian tambang yang merusak lingkungan dan merugikan penduduk sekitarnya, human trafficking atau penjualan manusia, saudara-saudaranya sendiri sesama warga Negara Indonesia yang kebetulan sedang mengalami kesulitan ekonomi, para pejabat tinggi, ataupun menengah dan juga para pejabat rendah pada melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme atau KKN, para pedagang melakukan penipuan dengan mencampur daging sapi yang dijualnya dengan daging babi hutan, atau menjual daging ayam tiren yaitu yang sudah mati kemaren dan disembelih lagi, atau mengoles tahu atau ikan dagangannya dengan formalin, borak atau rhodamin, padahal tiga zat kimia ini adalah haram dan berbahaya jika dikonsumsi manusia, ada lagi yang melakukan penipuan dengan berkedok arisan lebaran dsb., itu semua adalah melanggar agama, melanggar larangan Al-qur’an dan Hadits Nabi, dan juga merugikan sesama warga bangsa.
Perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan keharusan mempedomani dan mengikutim petunjuk Al-Qur’an. Hari Sabtu kita memperingati Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 2013. Kemerdekaan Indinesia yang juga diproklamasikan hari Jum’at tanggal 10 Ramadhan tahun 1361 H. Usia Republik Indonesia ini menurut kalender Masehi sudah 68 tahun. Tidakah kita wajib bersyukur kepada Allah SWT dengan ni’mat kemerdekaan yang sudah sekian lama ini? Allah telah mengingatkan denga firman-Nya pada surah Ibrahim ayat 7 :
“Ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu tidak bersyukur (dengan mengabaikan nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Azab Allah SWT yang ditimpakan kepada orang-orang yang tidak bersyukur dapat berupa kekeringan atau pun banjir bandang, dapat berupa gempa bumi, atau tsunami, atau pun tanah longsor yang memakan korban jiwa dan kerusakan harta benda, atau tersebarnya penyakit menular dan lain-lain. Sesungguh azab tersebut sangat pedih.
Apa sebab di antara kita banyak yang tidak mau mensyukuri nikmat kemerdekaan ini? Karena jiwanya lemah sehingga tidak tahan menghadapi godaan syetan. Dalam Al-Qur’an diterangkan bahkan syetan selalu berusaha dengan keras, setiap saat, dari mukadan dari belakang, dari kanan maupun dari sebelah kiri, supaya manusia tidak mengikuti jalan yang benar yang ditunjukan Agama. Firman Allah dalam surah al-A’raf ayat 16-17 :
“Iblis atau syetan berkata : “Karena Engkau (Tuhan) telah menetapkan aku sebagai makhluk yang sesat, maka aku benar-benar akan terus berusaha menghalang-halangi manusia supaya mereka tidak mengikuti jalan-Mu yang benar dan lurus. Selanjutnya aku akan selalu mendatangi mereka, dari muka dan dari belakang, serta dari kanan maupun dari kiri mereka. (untuk menggoda mereka), sehingga Engkau (Tuhan) akan mendapati kebanyakan dari mereka pasti tidak mau bersyukur dan taat kepada-Mu“.
Demikianlah sumpah serapah iblis atau syetan, untuk selalu menggoda manusia dengan berbagai cara, supaya banyak manusia tidak bersyukur kepada Allah SAW. Sebagaimana kita lihat sekarang begitu banyaknya orang-orang melakukan korupsi, meskipun mereka semua tahu bahwa korupsi adalah perbuatan jahat yang merugikan Negara dan masyarakat.
Perbuatan korupsi kini telah sangat meluas, bukan hanya di pemerintahan pusat tetapi kini wabah ini, telah menjalar secara lebih hebat kepemerintah daerah, dan meliputi semua lini, baik eksekutif, maupun legislative, bahkan telah merambah ke aparat penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan maupun pengadilan. Ini semua bukan hanya menggerogoti keuangan Negara, tetapi juga merusak sendi-sendi pemerintahan yang baik atau Good Gouvernence. Kita juga sangat khawatir akan menjalar ke lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah dan perguruan tinggi.
Mensyukuri kemerdekaan adalah terkait dengan pembinaan jiwa dan pembentukan sikap dan prilaku. Oleh karena itu tidak cukup dengan acara-acara formalitas yang tidak menyentuh batin atau jiwa yang paling dalam. Kegiatan spiritual yang menyentuh lubuk hati yang paling dalam itulah yang perlu kita biasakan. Di sinilah diharapkan peran ulama dan rohaniwan yang memiliki hati dan jiwa yang bersih dari berbagai kotoran keduniaan, bukan sekedar ulama yang memiliki pengetahuan agama yang luas, melainkan agamawan yang menjalankan segala ketentuan agama secara murni dan konsekuen.
Maka latihan dan ibadah Ramadhan yang bertujuan meningkatkan iman dan takwa, barangkali lebih tepat jika bersinergi dengan pembinann jiwa kebangsaan, dan patriotisme atau cinta Tanah Air. Ibadah shaum kecuali bertujuan meningkatkan ketakwaan, hikmah-hikmah yang mengiringinya juga banyak seperti peningkatan self disiplin atau disiplin pribadi, pembinaan jiwa sosial yang tinggi, menjaga kesehatan jasmani dan rohani, membentuk kesabaran dan sikap mencintai tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Ini semua adalah jiwa dan sikap yang diperlukan oleh para penyelenggara Negara, sehingga dapat menjadi contoh bagi rakyat yang dipimpinnya. Firman Allah SWT dalam surah al-A’raf ayat 96 :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri ini, beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, tetapi mereka mengingkari (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami timpakan siksa kepada mereka berupa berbagai bencana desebabkan perbuatan mereka sendiri”.
Masya Allah, demikianlah jika kita tidak mensyukuri anugerah kemerdekaan ini. Oleh karena itu marilah dengan hikmah Ramadhan, kita tumbuh kembangkan sikap dan jiwa Mensyukuri Kemerdekaan ini, sebagai anugerah Allah SWT dan hasil perjuangan para pendahulu kita.
Dengan bekerja keras, kerjasama dengan semua komponen serta koordinasi yang baik, menghindari korupsi, kolusi dan nepotisme atau KKN, dengan mengikuti bimbingan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya, Insya Allah usaha dan perjuangan memajukan negeri ini, akan mencapai hasil seperti yang kita bersama harapkan, yaitu Negara yang adil dan makmur, aman, tentram dan sejahtera, di bawah keridhoan Allah SWT.
Oleh: Prof. Dr. K. H. Salim Umar, M.A.