Semangat Hijrah, Semangat Berilmu

Melalui tulisan ini akan saya awali dengan sejarah dari negeri Sakura.
Selepas Hiroshima dan Nagasaki di bom nuklir oleh tentara sekutu, Kaisar Hirohito tidak bertanya berapa banyak tentara yang tersisa, juga tidak bertanya berapa kerugian yang di deritanya. Namun, beliau mengajukan satu pertanyaan yang sangat fenomenal. Dan pertanyaan itu adalah: Berapa banyak guru yang masih tersisa?. Tersisanya banyak guru sama dengan mendapatkan triliunan cash flow yang akan menggerakkan sekaligus memutar peradaban dan kemajuan negaranya.

Dan akhirnya pertanyaan fenomenal itu membuktikan dirinya dengan menjadikan Jepang sebagai salah satu negara termaju di dunia, menyaingi Amerika dan China. Kreatifitas dan kejeniusan warga negaranya menjadikan Honda Suzuki,Yamaha, Mitsubishi sebagai raja kendaraan di seluruh dunia. Produk-produk elektronik dan high tech lainnya juga menuai kesuksesan yang serupa. Kemajuan ini tidak bisa dilepaskan dari guru-guru yang berdedikasi dan mengabdi penuh keikhlasan bagi kemajuan bangsanya melalui pendidikan. Dengan adanya pendidikan akan menumbuhkan human capital yang berkwalitas.

Ketika bom atom tersebut jatuh, Kaisar Jepang pun mengatakan kepada seluruh rakyatnya bahwa kekuatan yang tersisa pada saat itu hanyalah orang Jepang. Mereka sadar, jika human capital mereka tidak bangkit, mungkin mereka saat ini justru akan menjadi salah satu negeri termiskin di Asia. Karena Jepang tidak punya Sumber Daya Alam yang bagus seperti Indonesia.

Kepulauan Jepang merupakan lanjutan dari rangkaian pegunungan sirkum pasifik. Artinya jepang merupakan daerah yang rawan terjadi bencana alam. Di Jepang dikenal 4 jenis bencana Alam:
1. Letusan gunung berapi
2. Gelombang tsunami
3. Hembusan angin topan
4. Gempa bumi vulkanik dan tektonik (gempa bumi yang terjadi di daratan dan di lautan), dialami 1000x dalam 1 tahun.

Hal serupa dilakukan juga oleh Lee Kuan Yew ketika menjabat sebagai (PM) Singapore 1959 – 1990, bahwa Singapura secara wilayah mungkin mereka tidak akan bisa maju. Namun Lee Kuan Yew sadar, human capital ini merupakan aset bangsa yang paling berharga. Human capital ini harus dapat dikembangkan, dan kita lihat sekarang, Singapura tidak hanya menguasai ASEAN, tapi juga telah menguasai Asia bahkan mungkin levelnya sudah tingkat dunia. Padahal mereka tidak punya SDA yang dapat dieksplor. Mereka tidak punya lahan untuk membangun kawasan industri, tapi mereka punya orang-orang luar biasa yang dapat membangun negaranya!

Kembali ke Indonesia, Indonesia negara kaya, kata orang tanah kita tanah surga, SDA kaya, minyak, batu bara, emas. Tapi rakyatnya miskin. Kata orang kelaparan di depan restoran. Negara kaya tapi banyak rakyat yang kelaparan. Tapi tidak ada kata pesimis untuk membangun bangsa ini. Bayangkan di saat pemerintahannya bobrok, penuh dengan korupsi, tapi pertumbuhan ekonominya saja bisa surplus (kelebihan) hingga 6%. Bagaimana jika negara ini dikelola dengan baik? Saya sangat yakin China pun bisa kita kalahkan.

Melalui semangat tahun baru hijriah ini, mari kita perbaharui semangat kita untuk lebih maju ke arah yang lebih baik. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Setiap tahun umat Islam menyambut tahun hijriyah. Hijrah dimaknai lebih luas yakni, kita harus hijrah nilai, misalnya hijrah dari nilai budaya yang buruk menuju nilai budaya yang Islami. Kebiasaan buruk kepada kebiasaan yang baik. Salah satu hijrah yang sangat penting adalah kita berhijrah dari kejahiliyahan menuju Islam.

Dr. Yahya Waloni (mantan pendeta kristen) pernah berkata Islam adalah agamanya orang-orang pintar dan cerdas. Maka sebagai generasi muslim mari kita hijrah dari malas menuntut ilmu menuju semangat menuntut ilmu.

Secara terminologi, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui wasilah Malaikat Jibril as. agar disyiarkan kepada seluruh makhluk di dunia ini, dan karena Islam merupakan ajaran yang ilmiah, maka Islam memilki panduan yang sempurna yakni al-Qur’an. Said Nursi sebagai Renaissan of Islam menyatakan, “Islam is the father of all the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya seluruh ilmu pengetahuan dan al-Qur’an adalah kitabnya ilmu pengetahuan. Allah SWT telah berfirman dalam al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1:
Artinya : “Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim [14]: 1)

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi. Al-Qur’anlah kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai petunjuk. Al-Qur’an adalah kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt. Oleh sebab itu, sains akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh al-Qur’an, dan mengambil kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian sains mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan agama diambil, para ilmuan menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan sains. Demikianlah menurut Harun Yahaya dalam The Qur’an Leads the Way to Science.

Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan umat Islam saat ini? Data Badan Penelitian International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta penduduk memiliki 1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1 juta penduduk memiliki 160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang notabene mayoritas muslim terbesar di dunia, dalam 1 juta penduduk hanya memilki 65 pakar yang muslimnya hanya 6 orang. Oleh karenanya, dalam bidang sains dan teknologi, kita masih jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Kita jauh tertinggal dengan Amerika yang Protestanis, kita jauh tertinggal oleh Korea yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal oleh Jepang yang Budhis Taois. Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan untuk iqro’ membaca dan menggali ilmu pengetahuan. Bacalah al-Qur’an supaya hidup teratur, bacalah alam supaya lahir karya-karya luhur, dan baca diri kita agar hidup tidak takabur, sebab membaca dalam Islam harus diimbangi dengan bismirobbikalladzī kholaq (Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan). Berilmu tapi harus beriman. Ilmu tanpa iman buta, iman tanpa ilmu pincang. Dengan ilmu hidup jadi mudah dengan iman hidup jadi terarah.

Oleh : Selamet Nur Anom, S.Pd.