Strategi Pemuda ditengah Gelapnya Negeri

Indonesia adalah negara dengan system demokrasi, dari namanya saja kita tahu bahwa Indonesia bukan Negara Islam, yang berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Dari rakyat-Oleh Rakyat-Untuk Rakyat, hanya sebatas sebuah slogan yang direalisasikan sebelah mata dan tanpa makna. Hidup dan moral ummat menjadi titik nadir yang tak terkendalikan.

Indonesia yang Dia titipkan pada orang-orang terpilih, namun kenyataannya rakyat meronta-ronta demi sebuah logam dan kertas, sebaliknya orang-orang yang dititipi, para pejabat, tokoh, mereka dengan rakusnya tanpa berfikir panjang hanya memenuhi nafsu dan perutnya yang tak kunjung penuh, itulah problematika sekarang! Akankah kedepan akan tetap seperti ini? Jawabannya ada pada siapa yang akan merubahnya? Siapa yang akan membawa Negeri ini?.

Sebagai seorang muslim yang berada dalam keadaan memprihatinkan seperti ini, harusnya kita dapat sedikit berbuat minimal pada lingkungan sekeliling kita. Dalam dunia kampus terdapat tempat generasi-generasi, generasi yang beragam, yang tergantung kita menanami mereka dengan apa, apakah menanaminya dengan Al-Qur’an? Maka akan menjadi Generasi Qur’an, jika ditanami dengan Dakwah maka akan menjadi Generasi Dakwah? Jika ditanami dengan Musik maka akan menjadi generasi Musik, dan seterusnya. Lalu apa yang harus kita perbuat?.

Pertama, Niatkan karena Allah. Pemuda adalah sosok yang labil yang terkadang bisa saja cari muka didepan orang-orang, ingin dipuji bahwa dirinya peduli, ingin dipandang bahwa dirinya adalah sosok yang baik, dan segala jenis makanan hati hanya untuk kenikmatan sebuah penilaian dari mahluk. Cukuplah Dia saja yang menilai, urusan kita hanya ikhtiar dan selebihnya serahkan pada-Nya.

Kedua, Allah telah memilih kita untuk mengetahui permasalahan ini. Tidak ada takdir yang meleset yang ada hanyalah apakah kita peka terhadap keadaan yang ada. terkadang kita tidak melihat hal kecil yang ada pada lingkungan kita. Namun, ternyata kita adalah salah satu yang disayangi-Nya yang dipilih untuk melakukan sesuatu bagi lingkungan kita. Tidak mungkin Dia menyianyiakan hambanya yang berada dalam jalan dakwah, maka lakukanlah yang terbaik.

Keempat, Berpikirlah untuk soleh bersama, selamat bersama, dan sukses bersama. Jangan hanya memikirkan diri-sendiri, dunia diciptakan untuk umat menusia yang begitu banyak, begitupun surga. Jadi ajaklah orang untuk mendapat kebahagian bersama.

Kelima, Perbanyak ilmu. Ilmu adalah bekal untuk kita mengarungi kehidupan dunia dan akhirat, pergerakan kita akan luwes karena memiliki pengetahuan yang luwes pula, keterbatasan yang membelenggu kita, grogi termasuk salah satunya, insyaAllah akan hilang, maka dari itu jadikanlah mencari ilmu sebagai tujuan mulia dalam hidup kita.

Keenam, “Masuk kedalam mereka!”. Dalam artian hanya sekedar berkomunikasi saja. Intinya bergerak dengan gaya halus, nah untuk berteman dengan mereka kita perlu mengenalkan diri kepada mereka, karena untuk menyampaikan firqoh (pemikiran) kepada mereka, ibaratnya jika kita ingin menuangkan air putih maka mau tidak mau kita harus berusaha untuk mencari tempatnya, contohnya gelas atau cangkir, barulah kita mengambil tempat tersebut, lalu kita periksa apakah kotor atau tidak, jika kotor berarti kita bersihkan terlebih dahulu, dan jika sudah bersih maka tinggal dituangkan saja airnya, dan begitupun dengan pergerakan kita. Jangan sampai kita terlalu frontal bahkan membuat mereka tidak nyaman.

Ketujuh, Jadilah sosok. karena Islam mengajarkan akhlak baik (akhlakul karimah) pada kita, seperti pada zaman Rasulullah SAW, beliau menjadi orang yang mulia, disegani, dan menjadi kerinduan tersendiri bagi sahabat dan kaumnya. Mengapa? Karena Islam ada pada dirinya, Islam sebagai akhlaknya, Al-Qur’an yang menjadi rujukannya, sunnah yang menyempurnakannya, sehingga apapun yang rasul perbuat, rasul katakan, menjadi sebuah hal yang tidak bisa dilupakan, menjadi sebuah kerinduan tersendiri dan menjadi sebuah rujukan yang sempurna. Walaupun kita tidak bisa sesempurna Rasulullah SAW, tapi kita berusaha melakukan yang terbaik. Karena itu sesuai dengan Islam, dan Islam adalah agama Allah (dienullah) maka InsyaAllah Dia-pun suka dengan apa yang kita perbuat untuk agama-Nya.

Kedelapan, Cari teman sevisi. Ajak mereka bergabung dengan kita, dengan kata lain ketika kita bergerak bersama maka kita akan kuat, jika kita sendirian maka kita pun akan perlu tenaga ekstra dan mungkin tidak akan sebagus dengan bersama karena tenaga dan pikiranpun jauh lebih kuat, rasulpun ketika berdakwah dari mulai mengumpulkan orang terdekat. Ketika telah berjama’ah maka rasulpun berdakwah secara terang-terangan.

Kesembilan, Asupan ruhiah dan perbaikan iman. Seringlah berduaan dengan Allah karena Allah memiliki segala apa yang kita minta, Allah pemilik bumi dan langit beserta isinya, maka minta dan dekatlah dengan pemiliknya. InsyaAlloh akan dipermudah.

Kesepuluh, Bergaul dengan orang soleh dan guru yang menjadi rujukan. Seringkali kita terbawa arus ketika tidak ada yang mengingatkan, ketika iman turun, maka gurulah yang menjadi syari’at sebagai pengingat kita. Maka haripun akan lebih mudah dan bersahabat ketika kita memiliki benteng yang kuat.

Dalam kenyataannya, hari itu telah datang, hari dimana pemuda ada, pemuda yang lahir dari agama-Nya, pemuda yang memiliki semangat, semangat yang Dia berikan dengan berbeda dari yang lain. Pemuda mulai memantaskan diri sebagai pembawa sebuah perubahan, yang ditakdirkan turun dalam negeri yang gelap ini, negeri yang menimbulkan pertanyaan besar, haruskah larut dalam kegelapan-nya? Dari pertanyaan tersebut seorang sahabat pernah berkata, “Jika engkau merasa bahwa segala yang ada di sekitarmu gelap dan pekat, tidakkah dirimu curiga bahwa engkaulah yang dikirim oleh Allah untuk menjadi cahaya bagi mereka? Berhentilah mengeluhkan kegelapan itu, sebab sinarmulah yang sedang mereka nantikan, maka berkilaulah.”. Soekarnopun pernah mengatakan “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Dunia tidak akan bicara, tidak akan meminta apapun, dan tidak akan berbuat apa-apa, namun dunia akan menjadi saksi akan kehadiranmu, saksi akan sentuhan-sentuhan yang dapat mengubahnya, karena itu pantaskanlah menjadi seorang pemuda, pantaskan perbuatanmu sebagai pemuda, pantaskah pemikiranmu sebagai pemuda, pemuda muslim yang tahu apa yang harus dilakukan untuk dirinya dan untuk Negerinya, dan apa yang harus dilakukan pasti mendapat catatan di sisi-Nya beda dengan negara lain yang berbudaya begitu besar dan yang menggambarkan budaya islam namun, mereka tidak mengetahui bahkan tidak meyakini adanya pahala dan balasan dari-Nya.

Catatan sebagai pemuda muslim, engkau hidup dan dibesarkan dalam sebuah negeri, tak ingatkah engkau dengan hal itu? Maka bukalah matamu untuk negerimu. Sikapi apaun yang terjadi sejatinya sebagai pemuda muslim tangguh. Suatu yang terjadi akan menjadi positif ketika pandangan kita positif, begitu sebaliknya akan begitu negatif apabila pandangan kita negatif. Maka apapun yang terjadi tergantung dari perspektif kita. Cukuplah Dia yang membimbing dan menjadi sandaranmu semata, serta berbanggalah menjadi muslim, tidak usah takut dan risih karena dimanapun kamu berada Allah selalu menyertaimu “Wahuwa Ma’akum Aina ma kuntum”.

Oleh : Suryadi Wahid Hasyim