Maulid Nabi

Ada yang menyatakan bahwa natal itu sama dengan Maulid Nabi. Andaikan umat Islam merayakan Maulid Nabi, maka nasrani pun merayakan natal. Tentu saja pemahaman natal yang artinya lahir begitu juga Maulid mempunyai arti lahir. Dari segi etimologi mungkin sama, akan tetapi Majelis Ulama telah menetapkan terhadap yang tidak seagama, bahwa hari natal itu haram. Permasalahannya karena orang-orang nasrani mengatakan natal atau yang lahir itu adalah anak tuhan. Jadi kalau kita mengatakan selamat natal, itu artinya selamat kelahiran anak tuhan dan ini sangat bertentangan dengan Lam Yalid Wa Lam Yuulad “Allah Itu tidak beranak dan tidak diperanakan”. Maka ketika orang mempersoalkan ini, tidak ada hadits yang melarang tapi Quran yang melarang. Qur’an lebih daripada segalanya, kita tidak boleh menyatakan sesuatu yang sangat bertentangan dengan Al Qur’an itu sendiri. Adapun kelahiran Rasulullah saw tidak dinyatakan sebagai anak Tuhan ataupun anak Allah, beda dengan orang-orang nasrani bahwa Yesus adalah anak tuhan. Bulan ini memang bulan Rabi’ul Awwal dan ada yang menyebutnya dengan bulan Mulud. Mauludun artinya yang dilahirkan, yang dimaksud oleh beliau adalah yang dilahirkan pada bulan ini adalah Rasulullah saw.

Andaikan kita merayakan kelahiran Nabi, itu tidak inklusif berarti kita memkultuskan nabi, karena pada hari di mana Rasulullah itu dilahirkan Senin 12 Rabiul Awwal sama dengan Rasulullah hijrah yaitu hari senin dan wafatnya pun adalah hari senin 12 Rabi’ul Awwal. Ini merupakan sesuatu yang sangat langka terjadi, karena itu bilamana umat Islam menyambut tanggal 12 Rabi’ul Awwal, itu bukan berarti hanya memperingati kelahiran nabi tapi juga Hijrahnya Rasulullah dan juga sekaligus mengingat wafatnya Rasulullah saw. Andaikan orang-orang orientalis dalam bukunya mengakui kehebatan Rasulullah, mereka terkagum-kagum tentang kehebatan pribadi Rasulullah saw, tapi kenapa umat Islam kurang begitu antusias terhadap Rasulullah saw dan karena mereka menganggap memperingati Maulid itu sama dengan memkultuskan, ini adalah satu pemikiran yang dangkal. Karena sesungguhnya kita tidak memperingati nabinya tapi memperingati dan mengingatkan ajarannya serta akhlaknya, dan tidak seluruh sekolah bisa mengajarkan Siroh Nabawiyah, hanya sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah pesantren saja yang mungkin mengajarkan Siroh Nabawiyah. Untuk sekolah umum hampir-hampir tidak mengenal Siroh Nabawiyah. Oleh sebab itu, andai ada satu perayaan yang menceritakan tentang Siroh Nabawiyah, itu memang diperintah oleh Allah SWT “Coba ceritakan kisah-kisah para nabi itu, mudah-mudahan mereka bisa menarik pelajaran”.

Misi kerasulan nabi yang paling pertama itu bukan memperkenalkan Allah, akan tetapi menegaskan tidak ada Tuhan kecuali Allah. Masyarakat Arab memang sudah mengenal Allah, akan tetapi mereka mengenal Allah itu dengan cara-cara yang keliru. Mereka mengenal Allah itu melalui Hubal, Latta, Uzza, dan juga Manat. Empat berhala yang disembah oleh mereka. Rasulullah mempertanyakan, kenapa kalian menyembah Hubal, Latta, Uzza, dan Manat itu? Maka mereka menjawab: Kami bukan menyembah mereka, tapi melalui mereka kami menyembah Allah, agar hubungan kami dengan Allah lebih dekat maka harus ada perantaraan.

Bila mana bulan Maulid itu disinyalir sebagai bulan yang sering juga diramaikan oleh orang-orang yang kurang begitu mendalami tentang Islam, di mana mereka melakukan ziarah-ziarah kubur dengan tujuan dan maksud-maksud tertentu. Semua ini kebanyakan didorong oleh urusan-urusan duniawi seperti urusan kepangkatan, urusan rejeki, urusan nasib, urusan jodoh. Kerakusan terhadap dunia inilah yang membuat Allah SWT mengkritik mereka dengan firmannya: “Telah membuat lalai kepada kalian, bertauhid kepada Allah, sehingga kalian banyak berziarah ke kuburan- kuburan”. Ayat ini sering kita baca, bilamana banyak orang-orang yang datang ke kuburan yang dikeramatkan untuk urusan duniawinya. Islam tidak melarang ziarah, pada dekade pertama Rasulullah saw dulu pernah melarang ziarah, ketika beliau mensinyalir masyarakat Arab waktu itu banyak yang meratap beliau menyatakan “Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah ke kubur karena kalian salah di dalam berziarah, sekarang silakan kalian berziarah”. Artinya nabi telah memprediksi bahwa para sahabat tidak akan melakukan penyelewengan di dalam berziarah itu, karena nabi telah mengajarkan kepada mereka cara-cara berziarah yang benar.

Cara berziarah yang benar adalah pertama, motivasinya cinta terhadap orang-orang yang shalih. Yang kedua, untuk menjinakan hati kita. Yang ketiga, untuk mengingatkan kita sendiri tentang kematian dan akan kembali kepada Allah. Yang keempat, untuk mengikuti jejak langkah orang yang telah meninggal itu di dalam iman dan amal shalih mereka serta perjuangan. Dan yang kelima, boleh mendoakan mereka. Akan tetapi itupun hanya kuburan-kuburan yang dekat di daerah kita, yang tidak harus memerlukan perbekalan kemudian sampai menginap, karena itu Rasulullah melarang “Tidak boleh mempersiapakan perbekalan untuk berangkat jauh kecuali hanya untuk tiga mesjid saja Masjidil Haram, Masjidil Nabawi dan Masjidil Aqsa”. Ketiga Masjid ini boleh dikunjungi karena memang sudah dibenarkan oleh Al Quran dan sunah Rasul. Selain daripada ketiga Masjid itu Rasulullah melarang. Pada saat itu apabila kita akan bejiarah, maka berjiarah ke kuburan-kuburan yang tidak melakukan perbekalan karena jauhnya, kecuali kalau akan melakukan penelitian-penelitian.

Banyak warga kita kaum muslimin yang sengaja pada bulan maulid ini berangkat jauh menggunakan bis menuju ke berbagai tempat yang dianggap keramat dan latar belakangnya adalah urusan dunia. Mereka sengaja tidur, shalat dan berdoa di sana dengan alasan tawasul. Sesungguhnya tawasul dengan menyebut orang-orang itu adalah urusan khilafiah tidak termasuk yang muktabar, adapun tawasul yang muktabar adalah tawasul dengan amal bukan dengan orang. Pada prakteknya bukan tawasul yang dilakukan oleh mereka tetapi mirip seperti orang-orang jahiliyah terhadap Hubal, Latta, Uzza dan Manat. Mereka mendekatkan diri kepada Allah lewat penghuni kuburan. Bila mana mereka berdoa dan shalat di sana, berarti kuburan sudah dijadikan semacam Masjid dan Rasulullah di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyatakan “Allah melaknat Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kuburan-kuburan para nabi mereka sebagai Masjid”. Rasulullah tidak mungkin mengatakan kalimat seperti itu jika nanti kedepan akan banyak umatnya yang menjadikan kuburan-kuburan yang difungsikan sebagai Masjid. Fungsi Masjid salah satunya adalah untuk melakukan ibadah dan isti’anah. Kalau demikian maka mereka yang melakukan shalat, berdoa di sana dengan ada harapan bahwa proses ijabah doa akan lebih cepat dikabulkan berkat penghuni kuburan itu, maka ini adalah syirik yang tidak bisa dimaafkan.

Kita yang sudah termasuk intelektual, tidak mungkin akan melakukan ziarah seperti itu yang didorong oleh urusan-urusan duniawi, urusan perdagangan, urusan kepangkatan, urusan perjodohan dan lainnya. Mari kita berpikir secara rasional, secara intelektual, bahwa hanya Allah yang harus kita kenali dan cara pengenalannya adalah tauhid. Bila mana para ahli sejarah mengatakan: Justru nabi dilahirkan pada tanggal 12, mereka katakan itu adalah secara filosofis merupakan jumlah kumpulan dari huruf kalimat la ilaha illallah. Inilah kalimat tauhid yang jumlahnya 12 huruf dan itu dilambangkan pada kelahiran Rasulullah dan bulan yang ketiga ini juga adalah intisari ajaran Islam yaitu akidah, ibadah dan akhlak. Ini secara filosofis menurut para ahli sejarah, memberikan kepada kita pengetahuan agar benar-benar Islam tetap terjaga dari syirik dan tetap terjaga dari hal-hal yang menyimpang dari akidah, ibadah dan akhlak.

Oleh, Dr. K.H. Bachrul Hayat, M.Ag.