Membangun Generasi Rabbani

Doa menunjukkan orientasi hidup dan cita-cita seseorang, siapa yang perhatiannya hanya urusan duniawi, doanya terbatas pada masalah-masalah duniawi, siapa yang mengharapkan akhirat doanya akan mengarah kesana.

Pada kesempatan ini kita mencoba untuk menelaah apa yang menjadi cita-cita dan do’a para ‘ibadurrahman, seperti yang diabadikan dalam al-Furqan: 74. Yakni memohon kebaikan generasi penerus, agar menjadi qurratu ‘ain, sholihin, taat kepada Allah menjauhi segala larangannya.

Dimulai dari sebuah keluarga, sesungguhnya perhiasan dunia dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita yang sholehah (H.R. Muslim, Nasai dan Ibnu Majah) menyenangkan bila dipandang, taat bila disuruh, menjaga amanah saat kita pergi, membantu kita dalam ketaatan dan urusan akhirat, menggerakan keimanan kita, mencegah kita dari ma’shiat dst. Wanita yang mempunyai mentalitas dan akhlak agama (dzatuddin). Wanita yang demikian yang akan menjadi lahan subur untuk menyemai generasi sholihin, karena ia akan menjadi pendidik utama bagi keluarganya.

Dalam al-Qur’an dijelaskan diantara ciri wanita sholehah adalah yang taat kepada Allah, serta menjaga yang ghoib, apa-apa yang dijaga oleh Allah (An-nisa’:34). Ia menjaga dirinya, suaminya, kehormatannya, anak-anaknya, harta benda, rahasia dll.

Wanita generasi salaf justru sering mendorong suaminya untuk berjihad, berinfaq, menegakan syariat Islam, membangun peradaban, meninggikan kalimah Allah dimuka bumi, menentang para thaghut yang memerangi umat Islam. Wanita salaf bila mengantar suaminya untuk bekerja berpesan “Jangan sampai anda mencari rizki yang haram, karena kami lebih tahan menderita lapar daripada menahan siksa neraka”. Ucapan ini akan sangat membantu suami, menjadi rem agar tidak memakan harta haram, menerima suap, pungli, korupsi dll.

Jangan sampai istri-istri kita menjadi bagian dari 3 hal yang membuat kebangkrutan dunia akhirat (fawakir), yaitu : Imam yang kalau kita berbuat baik kepadanya tidak pernah berterima kasih, tetapi kalau kita salah tidak mau memaafkan, tetangga yang selalu menyembunyikan kebaikan kita dan menyebarluaskan kejelekan kita, serta istri yang selalu menyakiti kita bila kita ada dan khianat bila kita pergi (H.R. Thabroni).

Selanjutnya memohon agar dikaruniai keturunan yang sholihin (menjadi permata hati), menjadi permata hati bukan sekedar tumbuh besar, sehat, cakap, sukses belajarnya, dapat pekerjaannya. Tetapi yang bisa terjaga dari api neraka, lurus aqidahnya, rajin ibadahnya, luhur akhlaknya, bertakwa kepada Allah, berbakti kepada orang tua, bisa menjalankan fungsinya dalam memakmurkan bumi sebagai khalifah fi-ardl. Apa artinya punya anak sukses dalam urusan duniawi, tetapi tidak beribadah kepada Allah, durhaka kepada orang tua, lebih setia kepada teman, suami dan istrinya, dan orang tua ditelantarkannya.

Karena itu marilah kita mulai dari lingkungan terdekat dengan membangun cita-cita yang luhur, abadikan dan bangun cita-cita kita dalam do’a khususnya harapan untuk memiliki generasi muttaqin.

Oleh, Pandu Hyangsewu, M.Ag