Mentafakkuri Risalah Muhammad Saw Sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin*)
Allah SWT berfirman: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.(QS.Al Anbiya/21:107)
Dalam ayat tersebut Allah SWT menegaskan bahwa Dia tiada mengutus Muhammad sebagai Rasul-Nya dengan membawa agama yang sempurna ini, melainkan untuk menjadi rahmat bagi segenap manusia dan untuk menjadi petunjuk bagi mereka dalam segala rupa urusan mereka di dunia dan di akhirat. Firman Allah SWT dalam surat Al Imran/3, ayat 164: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Alkitab dan Alhikmah. dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Ummat Muhammad yang mengikutinya pasti memperoleh rahmat dari agama ini secara langsung di dunia dan di akhirat kelak, dan begitu juga ummat yang menerima rahmat serta mensyukuri nikmat tersebut, akan berbahagia di dunia dan di akhirat, sedangkan ummat-ummat yang lain yang tiada mengikutinya memperoleh juga rahmat dari agama ini walaupun hanya di dunia ini saja, diantaranya yaitu berupa penangguhan azab sampai hari kiamat dan azab yang membuat mereka hancur lebur dihentikan. Penangguhan dan penghentian azab tersebut hikmahnya adalah memberi tempo kepada mereka agar berhenti dari prilaku dosa kepada Allah SWT dan agar segera bertaubat, yaitu kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Pada ayat yang lain (Surat Al Anfal/8: 33) Allah SWT berfirman: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (Di antara mufassirin mengartikan yastagfiruuna dengan bertaubat dan ada pula yang mengartikan bahwa di antara orang-orang kafir itu ada orang Muslim yang minta ampun kepada Allah)
Diantara rahmat yang lainnya dalam Risalah Muhamad saw terbukti dengan jelas saat beliau berdakwah ke Tha’if, yaitu peristiwa yang menimpa Rasulullah saw, beliau dilempari dengan batu oleh orang-orang Thaif hingga berlumuran darah, saat itu beliau tidak membalasnya dengan batu atau balasan yang lebih dahsyat dari itu, tetapi justru beliau berdo’a dengan do’a yang sangat menakjubkan, yaitu : Ya Allah tunjukilah kaumku, karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengetahui”.
Do’a tersebut disampaikan kepada Allah SWT saat beliau diperlakukan oleh orang-orang Tha’if dengan cara yang sangat keji dan tidak wajar, bahkan dilempari dengan batu, dan diusir agar tidak mengajak kepada jalan yang benar. Prilaku orang-orang Tha’if tersebut sangat ironis dengan niat baik Rasulullah saw dan beliau tidak membalasnya dengan dendam, tapi justru membalasnya dengan kasih sayang agar mereka diberi petunjuk. Dengan peristiwa ini nyatalah Risalah Muhammad saw sebagai Rahmatan Lil Alamiin.
Kisah yang lain sebagai bukti bahwa Rasulullah sangat menjauhi prilaku balas dendam, dan justru yang beliau tampilkan adalah membalas dengan kebaikan, yaitu: Setiap kali Rasulullah akan shalat di masjid selalu saja melewati rumah seseorang, yang penghuninya selalu meludahi Rasulullah ketika melawati orang itu. Prilaku tersebut tidak dibalas dengan kejelekan, tetapi justru dibalas dengan kebaikan, yaitu beliaulah yang pertama kali menengok saat yang bersangkutan menderita sakit. Akhir kisah, nyatalah dapat dirasakan oleh orang tersebut bahwa Risalah Muhammad saw itu adalah sebagai rahmat bagi semesta alam ini, dan yang bersangkutan mengagumi serta mengimani Muhammad Rasulullah saw dengan mengucapkan dua kalimah syahadat.
Disamping itu Muhammad lah permulaan orang yang menanam benih-benih demokrasi di dunia ini. Beliaulah orang yang mula-mula menolong orang yang lemah, membantu orang yang teraniaya, menginsafi hak orang fakir dan menyamakan para pengikutnya dengan para pengikut orang lain. Abu Hurairah berkata: Dikatakan kepada Rasulullah, Do’akanlah kaum musyrikin dengan keburukan ! Beliau bersabda: Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai pengutuk, namun aku diutus sebagai rahmat” (HR.Muslim). Imam Ahmad berkata: Siapa saja yang telah aku caci karena kemarahanku atau aku laknat dengan sesuatu, maka hal itu semata-mata karena aku seorang manusia dari keturunan Adam. Aku suka marah seperti kalian marah. Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai rahmat bagi semesta alam. Maka Aku menjadikannya sebagai doa untuknya pada hari kiamat. (HR Ahmad)
Ajaran yang dibawa oleh Muhammad Rasululah saw adalah ajaran persaudaraan, bukan ajaran kekerasan. Allah berfirman dalam surat At Taubah/9, ayat 128: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Begitu pula cara Rasulullah dalam menyampaikan risalahnya tidak dengan kekerasan. Allah SWT selalu membimbing dan mengingatkan dengan rahmat-Nya. Firman Allah dalam surat Al Imran/3, ayat 159: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya), kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Oleh : Drs. KH. Dudung Rahmat Hidayat, M.Pd