UPI Pelopor Pendidikan Nilai Moral

Sampai saat ini Suasana kehidupan di negeri yang kita cintai ini masih belum menyenangkan, cita-cita kemerdekaan dalam upaya mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia masih dalam angan-angan(mimpi), terpuruknya bangsa dan Negara Indonesia dewasa ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi semata, melainkan juga oleh krisis nilai –moral(akhlak). Karena itu, perekonomian bangsa kita menjadi ambruk. Korupsi, kolusi, nepotisme, dan perbuatan-perbuatan yang merugikan bangsa merajalela, seperti: perkelahian, perusakan, perkosaan, minuman-minuman keras, dan bahkan pembunuhan. Keadaan seperti itu, terutama krisis nilai moral terjadi, salah satu penyebabnya adalah kurang berhasilnya dunia pendidikan dalam menyiapkan generasi muda bangsanya.

Dunia pendidikan di negeri kita telah melupakan tujuan utama pendidikan, yaitu: mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan seimbang. Dunia pendidikan kita telah memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap, nilai, dan perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan kita sangat meremehkan mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan karakter bangsa.

Kualitas SDM merupakan faktor utama yang mempengaruhi cepat atau lambatnya pembangunan suatu bangsa. Sementara realitas menunjukkan bahwa peningkatan SDM melalui pendidikan yang membentang dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi masih bersifat sekuler, di sisi lain, kehidupan globalisasi menghadang umat manusia. Dengan globalisasi mengakibatkan kehidupan berjalan 24 jam, ruwet, banjir pilihan dan peluang, menuntut kreativitas, cepat berubah dan berkembang. Dampak lainnya dari globalisasi adalah kehidupan menjadi sangat dinamik, amat cepat, dan sulit diprediksi, terbuka untuk tumbuh dan berkembang, yang positif dan sekaligus yang negatif.

Tayangan TV selama 24 jam mengunjungi putra-putri kita dengan tayangan  sadisme, hedonisme, irrasional, klenik, gossip, serta adegan seksual yang vulgar. Lembaga pendidikan yang fokus dalam pendidikan nilai agama dihadapkan kepada kebimbangan para lulusannya, ternyata materi yang diajarkannya berlainan dengan kenyataan, akhirnya banyak diantara mereka yang stress, perbedaan yang benar dan salah, baik dan buruk, batasannya menjadi kabur.

UPI sebagai lembaga pendidikan, alhamdulillah merupakan satu-satunya lembaga PTU di Indonesia yang sangat memperhatikan akan pentingnya pendidikan nilai-moral untuk para peserta didik, sehingga ada Prodi Khusus yang mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan , yakni PRODI Pendidikan Umum di SPs , untuk Jenjang S2 telah dimulai th 1984, Jenjang S3 dimulai tahun 1987, dan Prodi IPAI dibawah MKDU FPIPS jenjang S1 dimulai 2007-2008. Dan  insya Allah akan dibuka program IPAI untuk jenjang S2 tahun akademik 2011-2012.

Di Lembaga Eksekutif, sudah lebih dari 600 orang yang mendaftar untuk siap menjadi anggota tim KPK. Ormas-ormas Islam siap bergabung membentuk BPK (Brigade Pemburu Koruptor ) BLBI. Dari 680 Trilyun Rupiah, baru kembali sekitar 62 trilyun. Sebanyak 618 trilyun rupiah lagi di tangan-tangan para koruptor, sang penghancur perekonomian negeri ini. Mereka bukan orang-orang bodoh, mereka orang-orang pintar dan berpendidikan, tetapi sayang, nilai-nilai pendidikan yang dialaminya tidak tergali, bahkan diremehkannya.

Pendidikan Nilai sebagai salah satu bidang kajian dari Prodi PU menawarkan macam-macam nilai pengalaman hidup dan metodologi praktis pada guru-guru dan fasilitator untuk mendidik anak-anak dan generasi muda menggali dan mengembangkan 12 kunci kepribadian dan nilai-nilai sosial.  12  nilai tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Happiness, Happiness is prosperity which comes self-sovereignty. Through the power of truth there is wealth, and trough the power of peace there is health. Together they give happiness. Happiness is earned by those whose actions, attitude, and attributes are pure and selfless. Kebahagiaan dunia dan akhirat, seperti yang dikemukakan pada ayat Quran “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” [Q.S. Al Baqarah, 2: 201] (2) Honesty, Honesty means there are no contradictions or discrepancies in thoughts, words, or actions. (3) Humility, Humility is to let go and let be. A person who embodies humility will make the effort to listen and to accept others. Wakhfidh janahaka lil mu’miniin [Q.S. Al Hijr, 15:88] (4) Love, Love is the catalyst for change, development, and achievement. In a better world, the natural law is love; and in a better person, the natural nature is loving. (5) Peace, Peace is the foundation, the major building block upon which a healthy, functional society stands. Peace is the prominent characteristic of what call”a civilized society”, and the character of society can be seen through the collective consciousness of its members.

(6) Respect, Respect is an acknowledgment of the inherent worth and innate rights of the individual and the collective. (7) Responsibility, Responsibility is managing time and resources to bring maximum benefit while accommodating necessary change. (8) Simplicity, Simplicity combines sweetness and wisdom. It helps decrease the gap between “the haves” and “ the have nots” by demonstrating  the logic of true economics: to earn, save, invest, and share the sacrifices and the prosperity so that there can be a better quality of life for all people regardless of where they were born. (9) Tolerance, Tolerance is the knowledge of the other. It is mutual respect through mutual understanding. (10) Unity, Unity is harmony within and among individuals in the group. (11) Freedom, Freedom is a precious gift which promises an experience of liberation and a feeling of no limits as if the earth, the skies, and the seas are at one’s service! (12) Cooperation, Cooperation is everyone’s responsibility, yet it takes courage and inner strength to facilitate the process.

Langkah-langkah ini dilakukan sebagai wujud kepedulian UPI sebagai suatu lembaga pendidikan yang berupaya untuk dapat menghasilkan lulusannya menjadi generasi penerus bangsa yang berprestasi, berkualitas, namun tetap memiliki pribadi yang utuh (berakhlakul karimah). Mudah-mudahan langkah-langkah seperti ini dapat diikuti oleh lembaga-lembaga pendidikan yang lainnya, sehingga pendidikan yang bernilai utuh, tidak bersifat parsial, mampu mengembalikan cita dan citra bangsa Indonesia yang bermartabat dan beradab.

Oleh, Dr. Edi Suresman, M.Ag

Leave a Reply

Your email address will not be published.