Pendirian Negara Agama

Bagaimana pendapat ustadz mengenai segolongan kelompok yang ingin mendirikan Negara agama?

Kalau melihat latar belakang sejarahnya, bahwa Negara kita Indonesia, pada saat tokoh negarawan yang berjumlah sembilan orang yang merumuskan dasar-dasar Negara ini, mereka sudah sepakat bahwa Negara Indonesia bukan Negara agama tetapi Negara yang religius yaitu berdasarkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Empat tokoh agama tidak berkeberatan demikian pula empat tokoh nasionalis tidak berkeberatan, salah satu dari mereka (Maramis) pun tidak berkeberatan. Dengan demikian kesepakatan tersebut berakhir, bahwa Negara Indonesia tidak berdasarkan agama, tetapi religius sesuai dengan ajaran agama-agama yang dianut oleh rakyat Indonesia.

Bagaimana sikap kita sebagai seorang pendidik?

Pendidikan merupakan usaha atau upaya sadar dalam membantu seseorang tentang apa yang dibutuhkan oleh peserta didik, sejalan dengan tugas perkembangannya, termasuk tentang penyadaran keberagamaan. Upaya-upaya untuk penyadaran itu, mesti dicari strateginya, dipilih yang tepat untuk dapat melaksanakan syariat agama masing-masing dalam kesatuan NKRI, yang tidak mengarah kepada penciptaan Negara agama. Contoh: Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) boleh menjalankan syariat, tetapi bukan untuk membentuk Negara Islam, demikian juga Kabupten Cianjur, dan kota Tasikmalaya.

Langkah-langkah untuk karakterisasi nilai-nilai Islam terhadap golongan tersebut?

Pertama, bagaimana memberitahukan (menyampaikan) tentang ajaran-ajaran Islam yang benar. Kedua, bagaimana peserta didik sadar sehingga mau (bersedia) untuk mengamalkan ajaran Islam yang benar dan mau (siap) meninggalkan ajaran Islam yang sesat. Ketiga, bagaimana peserta didik mengaplikasikan ajaran Islam dengan memulainya dari diri sendiri, dri hal yang mudah, dan dari hal yang kecil atau sederhana, tanpa ditangguh-tangguhkan (menyegerakan), dan untuk dilakukan secara terus menerus (istiqomah). Dengan demikian langkah-langkah ini dapat dirumuskan dalam sebuah akronim: TMA S3 (Tahu, Mau, Amal: Sendiri, Sekarang, Selamanya). Wallahu ‘alam

Kolom Ustadz Menjawab Bersama Ust. H. Abas Asyafah

Leave a Reply

Your email address will not be published.