Shalat Membina Pribadi Kaffah

Shalat adalah ibadat  yang terdiri dari serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah Ta’ala dan disudahi dengan memberi salam.

Tujuan shalat adalah pengakuan diri kepada Allah SWT., sebagai pencipta yang agung dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk atas kebesaran serta kemuliaan-Nya yang kekal dan abadi. Dengan shalat akan tercipta hubungan yang amat sangat dekat antara hamba dengan Allah SWT., sehingga terasa adanya pengawasan dari Yang Maha Kuasa terhadap segala tindakan yang pada akhirnya akan memberikan ketenangan yang besar dalam jiwa dan menjauhkan diri dari kelalaian yang dapat memalingkan seseorang dari ketaatannya kepada Robbul A’lamiin.

Amalan shalat merupakan amalan yang paling utama dan tidak bisa ditandingi dengan amalan ibadah yang lainnya. Ia merupakan tiang agama dimana ia tidak dapat tegak kecuali dengan shalat. Hal ini sejalan dengan hadits nabi, bahwa “Pokok urusan adalah Islam, sedang tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah”. Ia adalah ibadat pertama yang diwajibkan oleh Allah SubhanahuWata’ala, dimana titah itu disampaikan langsung oleh-Nya tanpa perantara, dengan berdialog dengan Rasul-Nya pada malam Mi’raj.

Pribadi kaffah adalah pribadi utuh, pribadi sempurna, yakni satunya ucap dan perbuatan hanya dipersembahkan kepada Allah SubhanahuWata’ala. Misalnya seorang pendidik sedang melakukan aktivitasnya,  seyogyanya untuk mendapatkan keridhoan Allah, yang sekaligus berupaya menjadikan amal saleh untuk meraih kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak, dengan tidak melupakan bagian amalan di dunia (QS Al Qashash, 28:77). Sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan oleh seorang pendidik tersebut, jika terdengar undangan shalat melalui adzan, maka hentikanlah semua kegiatan tersebut, bergegaslah untuk bersegera mengingat Allah dan datangilah masjid untuk menunaikan shalat secara berjamaah, dengan penuh pengharapan ridho Allah SWT.

Shalat merupakan amalan hamba yang mula-mula dihisab (dipertanggungjawabkan) di hadapan Allah kelak pada hari kiamat, Rasulullah Muhammad SAW, bersabda “Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat ialah shalat. Jika ia baik, baiklah seluruh amalannya, sebaliknya jika jelek, jeleklah pula semua amalannya” (HR Thabrani). Shalat merupakan wasiat yang diamanatkan Rasulullah SAW, pada umatnya sewaktu hendak berpisah meninggalkan dunia, menjelang kematiannya, Rasulullah SAW masih berwasiat “jagalah shalat, jagalah shalat, jagalah shalat”. Ia adalah barang terakhir  yang lenyap dari agama, artinya bila ia hilang, maka hilanglah pula agama secara keseluruhannya.

Shalat merupakan benteng, segala perbuatan keji dan mungkar (QS Al Ankabut:45). Dengan mendirikan shalat pada hakikatnya membentengi diri dengan selalu menghubungi Tuhan. Membentengi diri daripada perbuatan keji, seperti berzina, merampok, merugikan orang lain, berdusta, menipu, dan segala perbuatan mungkar, yakni yang dapat celaan dari masyarakat. Shalat yang dilakukan dengan khusyu, dengan penuh kesadaran, dan ingat bahwa maksud shalat ialah melatih diri selalu dzikir, yaitu selalu ingat kepada Allah.

Shalat berjamaah akan dapat berdampak timbulnya rasa persamaan, mencegah diskriminasi, menciptakan satu barisan yang kuat, menjadi sarana untuk patuh melaksanakan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kemaslahatan umum dengan mengikuti seorang pemimpin (imam) dan menimbulkan rasa tolong menolong dalam kebajikan, yang kuat membantu yang lemah dan kaya membantu yang miskin.

Merujuk pada salah satu hadits Nabi, Meninggalkan shalat secara sengaja dan menentangnya adalah kafir (HR Ahmad dan Ash Habus Sunan). Batas di antara seseorang dengan kekafiran itu adalah meninggalkan shalat (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Bahwa orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa uzur hingga waktunya habis adalah kafir. Barangsiapa yang memeliharanya, maka ia akan beroleh cahaya bukti keterangan dan kebebasan di hari Kiamat, dan siapa-siapa yang tidak mengindahkannya , maka ia tidak akan beroleh cahayanya, bukti keterangan dan kebebasan, sedang di hari Kiamat ia akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman, dan Ubai bin Khalaf (HR, Ahmad, Thabrani, dan Ibnu Hibban).

Jadikanlah shalat sebagai kebutuhan yang sangat berharga untuk  berdialog dengan Allah SWT., setiap saat. Nilai-nilai dalam shalat seperti disiplin, hormat, kasih saying, jujur, adil, percaya diri, penuh keyakinan, akhlak, karakter baik, perlu disosialisasikan dan dilaksanakan di luar waktu shalat. Prilaku shalat larut dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Masjid Al Furqon yang sangat megah indah dan sekaligus merupakan kebanggaan civitas akademika UPI pada khususnya, dan kaum muslimin pada umumnya, akan menjadi sumber energi untuk dapat melahirkan gagasan, analisis, pengamatan, pemikiran, visi, penyelesaian permasalahan dalam berbagai hal, apabila dijadikan tempat shalat berjamaah, dengan istiqomah bersujud bersimpuh, berdo’a, munajat, dengan penuh pengharapan, hanya kepada Allah saja berserah diri, jabatan kedudukan ada batasnya, harta kekayaan ada takarannya, umur ada ajalnya.

WallohuA’lam

Oleh, Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Skip to content